Pada sore hari, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,2 persen, sementara indeks saham Nikkei Jepang berakhir naik 1,1 persen%, sebagian dibantu oleh putaran baru pelemahan yen Jepang.
Indeks Wall Street turun pada Senin (29/8/2022), tetapi laju penjualan berkurang dan saham berjangka AS naik tipis 0,3 persen di Asia. Saham berjangka Eropa menguat, dengan pan-region Euro Stoxx 50 berjangka naik 0,6 persen dan DAX berjangka Jerman naik 0,6 persen. FTSE berjangka turun 0,26 persen.
Selain suku bunga, kesehatan ekonomi China juga menjadi perhatian utama investor. Indeks Komposit Shanghai China berakhir turun 0,6 persen di tengah berita bahwa beberapa kota besar telah meningkatkan pembatasan COVID-19.
Indeks saham-saham unggulan China CSI300 juga ditutup tergelincir 0,3 persen, dan indeks Hang Seng Hong Kong terseret 0,4 persen lebih rendah karena investor mulai menarik kembali antusiasme mereka tentang kesepakatan yang dicapai antara China dan Amerika Serikat untuk akses ke dokumen audit perusahaan China.
Pada konferensi Jackson Hole akhir pekan lalu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan pembicara Bank Sentral Eropa memberikan nada hawkish, mendorong penjualan obligasi dan ekuitas karena para pedagang mendongkrak ekspektasi suku bunga jangka pendek.
"Fokus pasar setidaknya untuk beberapa minggu ke depan, kemungkinan akan menjadi tindakan Fed," kata Manishi Raychaudhuri, kepala penelitian ekuitas APAC di BNP Paribas.
"Sebelumnya, ada pembicaraan tentang kemungkinan pemotongan suku bunga oleh The Fed, mungkin pada paruh kedua tahun 2023 atau lebih, tetapi itu sekarang agak menurun," katanya.
"Lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama (suku bunga) mungkin jenis narasi yang dibangun."
Pasar berjangka memiliki peluang lebih baik dari dua pertiga bahwa ECB menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada September, dan memperkirakan sekitar 70 persen peluang bahwa Fed melakukan hal yang sama.
Data penggajian non-pertanian (NFP) AS akan dirilis pada Jumat (2/8/2022), dan pasar mungkin tidak menyukai angka yang kuat karena mendukung dasar untuk kelanjutan kenaikan suku bunga yang agresif. Sebelum itu, angka inflasi Jerman yang dijadwalkan pada Selasa pukul 12.00 GMT dan survei manufaktur China yang dijadwalkan pada Rabu akan diawasi dengan ketat.
Obligasi pemerintah AS turun pada Selasa. Imbal hasil obligasi dua tahun turun menjadi 3,3987 persen, setelah naik setinggi 3,489 persen pada Senin (29/8/2022), tertinggi sejak akhir 2007.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan juga merosot menjadi 3,0670 persen, turun dari 3,13 persen pada Senin (29/8/2022). Imbal hasil kemungkinan akan menghadapi tekanan ketika pasar Inggris kembali pada Selasa dari hari libur pada Senin (29/8/2022).
Dolar AS stabil setelah penurunan semalam, meskipun euro berusaha untuk mendapatkan kembali keseimbangan, dibantu oleh taruhan kenaikan suku bunga ECB dan pendinginan harga gas.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, naik 0,1 persen menjadi 108,73, tidak jauh dari puncak dua dekade 109,48 yang dibuat sehari sebelumnya. Dolar diperdagangkan pada 0,9999 dolar per euro dan dibeli 138,52 yen.
Rodrigo Catril, ahli strategi di National Australia Bank mengatakan euro akan diuji oleh angka inflasi mendatang di zona euro, data pekerjaan di Amerika Serikat dan pemotongan aliran gas Rusia akhir pekan ini.
"Kisah Eropa sebenarnya semua tentang prospek ekonomi ... tidak ada energi berarti tidak ada pertumbuhan," katanya, menambahkan tidak akan mengejutkan jika euro jatuh kembali ke 0,96 dolar.
Baca juga: Saham Asia melemah, fokus investor beralih ke data ketenagakerjaan AS
Baca juga: Pasar saham Asia naik di tengah kehati-hatian jelang pidato Powell
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022