anggaran pertahanan kita juga relatif besar. Jangan sampai anggaran yang cukup besar itu dihamburkan untuk memajukan industri pertahanan negara lain
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel mengatakan pemerintah harus mendukung dan melindungi industri pertahanan nasional karena bermakna strategis bagi kedaulatan negara.
"Kita harus mendukung dan melindunginya untuk ketahanan nasional Indonesia dan juga memberikan devisa buat Indonesia," katanya saat meninjau pabrik industri pertahanan milik swasta yang sudah maju dan berteknologi unggul di Banyuwangi, Jawa Timur pada 29 Agustus 2022, sebagaimana keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Rachmat Gobel meninjau industri pertahanan milik PT Lundin Industry Invest dan melihat salah satu produk yaitu kapal berkapasitas 60 orang yang dilengkapi teknologi anti peluru dan peluncur roket milik milik TNI.
Industri telah mengekspor produk ke berbagai negara seperti Australia, Italia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Thailand, Malaysia, Singapura, Hong Kong, Brunei Darussalam, Rusia, dan lain-lain. Teknologi yang digunakan juga disebutkan sesuai standar NATO dan NASA.
"Tidak gampang untuk memiliki industri pertahanan yang unggul karena teknologi militer biasanya sangat sulit untuk ditransfer dari negara-negara maju. Namun kini sudah ada perusahaan swasta yang sudah bisa membuatnya," kata Rachmat Gobel.
Sebagai politisi yang berlatar belakang industriawan, ia mengatakan tak mudah untuk membangun industri, apalagi ini industri militer. Karena itu, ia meminta kepada pemerintah untuk memberikan dukungan kepada industri tersebut.
Saat ini ada sekitar 16 perusahaan swasta di Indonesia yang bergerak di bidang industri pertahanan, salah satunya milik Tommy Winata yang memproduksi kendaraan taktis. Selain itu, sejumlah BUMN juga bergerak di industri pertahanan seperti Pindad, Boma Bisma, Dahana, PT PAL, dan Dirgantara Indonesia. BUMN strategis tersebut, kara dia, dirintis sejak era Sukarno, lalu dikembangkan di masa Soeharto, dan masih ada hingga kini.
"Dulu APBN kita masih kecil, saat ini sudah cukup besar. Jadi sudah saatnya industri pertahanan nasional yang merupakan industri strategis untuk mendapat perlindungan dan prioritas," kata Gobel.
Menurutnya, Indonesia sedang berkembang untuk menjadi negara maju yang terlihat dari PDB Indonesia yang terus meningkat dan masuk ke dalam 20 negara di dunia dengan PDB terbesar di dunia (Kelompok G20).
"Artinya anggaran pertahanan kita juga relatif besar. Jangan sampai anggaran yang cukup besar itu dihamburkan untuk memajukan industri pertahanan negara lain. Kita juga sudah pernah mengalami terkena embargo senjata militernya sehingga kita menjadi lemah. Kini kita sudah memiliki industri pertahanan yang unggul. Jadi jangan disia-siakan," ujar Rachmat Gobel.
Apalagi, katanya, Indonesia adalah negara maritim sehingga akan membutuhkan banyak kapal untuk menjaga laut Indonesia. "Selain yang bersifat militer, kapal boat juga diperlukan untuk menjaga kekayaan laut kita dari pencurian ikan oleh nelayan-nelayan asing," katanya.
Ia mengaku pernah diundang Turki untuk melihat industri pertahanan negara yang sedang beranjak bangkit tersebut. "Awalnya mereka pun impor. Kini perlahan mereka mulai bisa mandiri, termasuk membangun industri komponennya," kata Rachmat Gobel.
Ia mengatakan Indonesia harus bergerak ke arah seperti itu. "Belanja pertahanan selain menyedot anggaran yang cukup besar juga memiliki makna strategis karena menyangkut kedaulatan dan rahasia negara. Jadi tak bisa tergantung impor," ujarnya.
Baca juga: RI-UEA teken kerja sama pengembangan industri pertahanan
Baca juga: Anggota Komisi VI DPR apresiasi peresmian holding BUMN pertahanan
Baca juga: Rachmat Gobel ungkap peran industri mebel pada serapan tenaga kerja
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022