Sorong (ANTARA) - Pengoperasian rumah sakit terapung KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 merupakan salah satu wujud nyata perhatian pemerintah Republik Indonesia melalui TNI Angkatan Laut dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah timur Indonesia, terutama masyarakat yang tinggal di kepulauan terluar yang sulit dijangkau seperti di wilayah Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat.

KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 sebagai rumah sakit terapung untuk membantu pelayanan kesehatan di wilayah timur Indonesia . Kapal ini resmi menjadi kapal perang dalam jajaran Komando Armada III yang berkedudukan di Sorong, Provinsi Papua Barat.

Kapal dengan peralatan kesehatan standar sebuah rumah sakit tipe C tersebut, Senin (29/8), sandar di Pelabuhan Lantamal XIV Sorong, Provinsi Papua Barat. Kapal perang dengan komandan Letkol Laut (P) Anang Setioko ini disambut oleh Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Irvansyah didampingi Ketua Daerah Jalasenastri Armada III Ny Yuanita Irvansyah bersama pejabat tinggi di lingkungan Komando Armada III.

Kedatangan KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 disambut pula dengan tarian adat Papua yang melambangkan suatu sukacita atas kehadiran rumah sakit terapung untuk melayani masyarakat di wilayah setempat.

Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Irwansyah mengatakan bahwa KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 merupakan kapal bantu rumah sakit milik TNI Angkatan Laut. Kapal tersebut diberikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono kepada Komando Armada III untuk melayani masyarakat di wilayah timur Indonesia.

Kapal tersebut resmi masuk jajaran Komando Armada III yang akan beroperasi di wilayah kerja Armada III yakni Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan berpangkalan utama di Sorong Provinsi Papua Barat.

Kapal bantu rumah sakit tersebut sesuai aturan internasional, di masa perang berfungsi untuk mengevakuasi dan melakukan pelayanan bagi korban perang baik tentara nasional maupun musuh, yang terapung-apung di laut dan membutuhkan bantuan.

Karena tidak ada peperangan, maka kapal tersebut ditugaskan untuk membantu pemerintah dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah timur Indonesia.

Kapal tersebut dapat digunakan oleh pemerintah daerah di wilayah kerja Komando Armada III baik Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sebab, pembuatan kapal ini menggunakan uang rakyat untuk melayani kesehatan masyarakat.

Kapal tersebut adalah rumah sakit terapung sehingga bisa digunakan oleh organisasi sosial yang butuh kerja sama dan kolaborasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Sejarah Pembuatan

KRI dr Wahidin Sudirohusodo adalah hasil karya anak bangsa PT PAL Indonesia di Surabaya. Pemotongan besi pertama untuk pembuatan kapal ini dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2019, dan pemasangan lunas pertama pada tanggal 14 Oktober 2019.

Peluncuran dan pemberian nama dr Wahidin Sudirohusodo dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2021. KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 diserahkan dan diresmikan masuk ke jajaran TNI AL pada tanggal 12 Januari 2022.

KRI dr Wahidin Sudirohusodo masuk dalam jajaran Satuan Kapal Bantu Komando Armada III yang memiliki fungsi asasi dalam rangka mendukung layanan kesehatan di darat, laut dan udara, serta mendukung Operasi Militer Perang maupun Operasi Militer Selain Perang.

Kepala Dinas Penerangan Komando Armada III, Letkol Laut (KH) R Doni Kundrat mengemukakan bahwa kapal tersebut dinamakan KRI dr Wahidin Sudirohusodo sebagai penghargaan bagi pahlawan nasional dr Wahidin Sudirohusodo. Dr Wahidin Sudirohusodo adalah pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta , pada tanggal 7 Januari 1852. Beliau memiliki cita-cita yang gigih untuk membebaskan rakyat dari penjajahan dengan salah satu kuncinya rakyat harus cerdas.

Setelah menyelesaikan sekolah dokter, Wahidin Sudirohusodo banyak mengabdikan diri dalam bidang kesehatan dengan memberikan pengobatan gratis kepada rakyat jelata.

Beliau memberikan peran yang besar dalam menginspirasi para pemuda untuk memperjuangkan lahirnya organisasi Budi Utomo yang dianggap sebagai simbol bangkitnya kekuatan nasionalis melawan penjajah.

Dr Wahidin Sudirohusodo wafat di Yogyakarta pada 26 Mei 1917. Beliau adalah sosok yang inspiratif secara pribadi maupun melalui pemikiran-pemikiran modern yang melahirkan kebangkitan nasional Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 1973. Pemberian nama KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991, diharapkan dapat melaksanakan fungsinya dalam pelaksanaan Operasi Militer Selain Perang.

Komandan KRI dr Wahidin Sudirohusodo, Letkol Laut (P) Anang Setioko menyampaikan bahwa kapal tersebut sudah bergabung dalam jajaran Komando Armada III guna dioperasikan membantu pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah timur Indonesia.

KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 memiliki panjang 124 meter dan lebar 21,8 meter dan tinggi 42,068 meter. Berat benaman kapal ini mencapai 7.290 ton. Kapal bantu rumah sakit ini dapat berlayar selama 30 hari atau 10.000 mil laut tanpa berhenti.

KRI dr Wahidin Sudirohusodo cepat ekonomis 12 knot, cepat jelajah 14 knot dan cepat maksimal bisa sampai dengan 19 knot. Kapal ini memiliki dua ruang unit gawat darurat, ruang perawatan, delapan klinik, apotik, dan lima ruang operasi. Selain itu, ruang laboratorium, CT Scan, X-ray, ruang jenazah, dan ruang poli.

Kapal tersebut mampu menampung sebanyak 130 orang pasien. Kapal ini memiliki 111 orang tenaga medis dan tiga orang dokter yang terdiri dari dokter spesialis THT, dokter umum dan dokter gigi. Sedangkan jumlah personel TNI Angkatan Laut yang bertugas dalam kapal tersebut sebanyak 163 orang.

KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 merupakan rumah sakit terapung di timur Indonesia untuk menjangkau seluruh pelosok pesisir dan pulau-pulau kecil terluar. KRI dr Wahidin Sudirohusodo 991 hadir untuk melayani masyarakat, utamanya masyarakat Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022