Saya akan pergi ke sana segera setelah mereka mengundang saya

Seoul (ANTARA) - Paus Fransiskus telah meminta undangan dari Korea Utara untuk mengunjungi negara terisolasi itu, media penyiaran Korea Selatan KBS melaporkan.

"Saya akan pergi ke sana segera setelah mereka mengundang saya. Saya katakan mereka sebaiknya mengundang saya. Saya tidak akan menolak," kata KBS, mengutip Fransiskus dalam wawancara yang disiarkan pada Kamis.

Kunjungannya ke Korut akan menjadi kunjungan pertama seorang paus ke negara tertutup itu, yang tidak mengizinkan pendeta menetap di sana.

Tidak diketahui berapa banyak penduduk Korut yang menganut agama Katolik, atau bagaimana mereka beribadat di sana.

Mantan Presiden Korsel Moon Jae-in, yang menganut Katolik, telah meminta Fransiskus untuk bertandang ke Korut.


Baca juga: Paus Fransiskus: Perang Ukraina alihkan perhatian dunia dari kelaparan


Moon mengatakan kunjungan seorang paus ke Pyongyang akan membantu membangun perdamaian di Semenanjung Korea.

Ketika bertemu Fransiskus pada 2018, Moon mengabarkan undangan verbal dari pemimpin Korut Kim Jong Un kepada sang paus.

Vatikan masih menunggu undangan tertulis dari Korut.

Para pejabat Vatikan saat itu mengatakan Fransiskus dapat mempertimbangkan kunjungan tersebut dengan syarat tertentu, yaitu jika kunjungan itu membantu menciptakan perdamaian.


Baca juga: Paus Fransiskus siap mundur jika masalah kesehatannya kian serius

Tahun lalu, Moon bertemu lagi dengan pemimpin Gereja Katolik itu dan memberinya sebuah salib yang terbuat dari kawat berduri zona demiliterisasi yang memisahkan dua Korea. Lagi-lagi, dia meminta sang paus untuk mengunjungi Korut.

Konstitusi Korut menjamin kebebasan beragama sepanjang tidak mengganggu negara.

Namun, tak satu pun peribadatan boleh dilakukan secara terbuka selain di tempat-tempat ibadah yang dikendalikan negara, termasuk sebuah gereja Katolik di ibu kota Pyongyang.

Pemerintah Korut juga telah berkali-kali memenjarakan para misionaris asing.

Sumber: Reuters

Baca juga: Ribuan pegawai pos Inggris mogok kerja karena persoalan upah

Baca juga: Paus Fransiskus peringatkan risiko 'bencana nuklir' di Zaporizhzhia

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2022