Jakarta (ANTARA News) - Kuasa Usaha ad interim Kedutaan Besar Jepang Untuk Indonesia Masafumi Kuroki mengatakan bahwa masih terbuka peluang perundingan mengenai pendanaan proyek Jakarta Mass Rapid Transportation (MRT) System antara Indonesia dan Jepang. "Masih terbuka untuk perundingan, Jepang masih terus melanjutkan perundingan," kata Masafumi Kuroki di Gedung Departemen Luar Negeri (Deplu) Jakarta, Selasa, sebelum penandatanganan nota diplomatik Indonesia-Jepang tentang pinjaman senilai Rp7, 235 triliun. Sekalipun mengaku bahwa Pemerintah Jepang masih terus mengupayakan dialog tetapi Kuroki juga menyebutkan jika Pemerintah Jepang tetap menginginkan digunakannya teknologi dan pengalaman (`experience`) Jepang dalam proyek tersebut. Menurut dia, mengingat proyek MRT itu adalah program pertama di Indonesia maka Jepang menginginkan digunakannya teknologi Jepang karena teknologi Jepang dalam hal MRT telah terbukti kesuksesannya. Kuroki juga mengatakan bahwa sangat sulit bagi Pemerintah Jepang untuk menerima proposal Pemerintah Indonesia yang menginginkan mengubah sifat pinjaman dari mengikat (tied) menjadi tidak mengikat (untied). Sementara itu pada Selasa (21/3), Pemerintah Indonesia membatalkan daftar usulan proyek untuk dibiayai pemerintah Jepang proyek MRT System setelah gagal menemui kesepakatan. Pemerintah Jepang tidak bersedia mengubah sifat peminjaman dari mengikat (tied) menjadi tidak mengikat (untied) sehingga pemerintah bisa menyerap muatan lokal yang lebih besar seperti tenaga kerja, kata Menneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Paskah Suzetta. "Karena kita tidak sekedar mengutang, padahal kita sudah punya teknologi dan tenaga kerja. Kenapa kita harus mengandalkan orang lain?" ujarnya menanyakan. Dia mengatakan pembatalan proyek MRT system itu tidak mengurangi jumlah pinjaman yang akan diajukan pemerintah secara signifikan karena untuk tahap awal proyek MRT yang akan dikerjakan dengan menggunakan pembiayaan luar negeri diperuntukan bagi Design Engineering Service (DES) dengan alokasi pembiayaan hanya sekitar 16 juta dolar AS.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006