Lokakarya ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam memperkuat mekanisme regional ASEAN untuk pencegahan, deteksi dini dan penanggulangan penyakit hewan

Jakarta (ANTARA) - Indonesia berbagi keahlian di bidang bioinformatika dengan melatih personel laboratorium dari sembilan negara ASEAN, 23 laboratorium Indonesia, dan beberapa negara anggota Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP), seperti Pakistan dan Bangladesh.

ZDAP adalah kolaborasi global untuk menanggapi ancaman penyakit yang menular dari hewan kepada manusia (zoonosis) serta untuk mengedepankan agenda keamanan kesehatan global.

Pada 2021, Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates di Yogyakarta disahkan sebagai pusat rujukan regional untuk bioinformatika dokter hewan di Asia Tenggara oleh Kelompok Kerja Sektor Peternakan ASEAN (SWGL), menurut keterangan FAO Indonesia yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dengan pengakuan itu, BBVet Wates telah memantapkan diri sebagai laboratorium dengan keahlian di bidang bioinformatika dan telah mendukung dan memberi saran kepada laboratorium lain di negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tentang isu-isu terkait bioinformatika.

Baca juga: Epidemiolog: Data terkait virus Langya belum solid

Bioinformatika adalah sarana interdisipliner untuk menghitung dan menganalisis data biologis, termasuk agen yang berpotensi menyebabkan penyakit pada hewan, tumbuhan, dan manusia.

Dengan menggunakan bioinformatika, karakteristik agen penyakit dapat dipelajari secara komprehensif sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian penyakit.

Dalam lokakarya yang disediakan Indonesia itu, terselenggara serangkaian sesi pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas bioinformatika para petugas laboratorium yang memungkinkan laboratorium di negara-negara ASEAN dan ZDAP untuk memahami evolusi agen virus tertentu agar dapat dengan cepat mendeteksi ancaman penyakit menular baru.

Lokakarya tersebut juga berfungsi sebagai wadah bagi para peserta untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk membangun jaringan bioinformatika yang kuat di wilayah Asia.

"Lokakarya ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam memperkuat mekanisme regional ASEAN untuk pencegahan, deteksi dini dan penanggulangan penyakit hewan dan zoonosis dengan potensi pandemi, serta penguatan sektor kesehatan hewan melalui pendekatan One Health," kata Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Nuryani Zainuddin.

Nuryani menjelaskan bahwa pada lokakarya itu, Indonesia juga berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas dan jejaring laboratorium di ASEAN untuk bioinformatika.

"Sebagai negara pimpinan dalam Global Health Security Agenda dan Zoonotic Diseases Action Package, Indonesia juga melibatkan dan memperkuat laboratorium kesehatan masyarakat dan dokter hewan di Indonesia, ASEAN, dan negara-negara yang bergabung dalam ZDAP untuk menerapkan bioinformatika menggunakan pendekatan One Health," ujarnya.

Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, mengapresiasi kegiatan lokakarya itu sebagai tonggak pencapaian di bidang kesehatan hewan.

"Kerja sama bertahun-tahun antara FAO dan Pemerintah Indonesia telah memperkuat kapasitas balai-balai dokter hewan untuk meningkatkan deteksi dan pencegahan ancaman zoonosis. Kami berbahagia dapat melihat bahwa peningkatan pengetahuan dan kapasitas tersebut dapat dibagikan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara," ucapnya.

Sejak 2006, FAO dengan dukungan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk memberikan pelatihan yang komprehensif kepada sejumlah balai-balai dokter hewan tentang keselamatan dan keamanan hayati laboratorium, jaminan kualitas, mitigasi risiko dan standardisasi prosedur.

Kali ini inisiatif khusus di bidang bioinformatika didanai bersama oleh USAID dan Pemerintah Australia melalui proyek bersama FAO-Australia-ASEAN tentang Penguatan Mekanisme Kesehatan Hewan (SMART-ASEAN).

Baca juga: Dengan pendekatan bioinformatika, UI teliti obat alternatif COVID-19
Baca juga: Bio Farma: Roadmap Holding Farmasi akan fokus produk bernilai ekspor

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022