Fakta ini menjadi modal yang kuat untuk pengembangan pasar modal di Sumatera Barat
Padang (ANTARA) - Usianya masih terbilang muda, baru 19 tahun, dan sedang menempuh pendidikan tahun kedua di salah satu perguruan tinggi negeri di Padang.
Akan tetapi sejak kelas 3 SMA, remaja bernama Sanusi itu telah akrab dengan investasi pasar modal. Portofolionya pun tak main-main, sudah menembus puluhan juta rupiah.
Berawal dari ajakan teman saat pandemi menerpa, ia mengikuti Sekolah Pasar Modal secara daring yang digelar di Sumatera Barat.
Setelah menyimak pemaparan dari beberapa narasumber, ia pun memutuskan untuk menyisihkan uang jajannya Rp100 ribu per bulan untuk berinvestasi.
Awalnya ia sempat ikut-ikutan untuk memilih saham yang sedang tren, namun setelah memperdalam ilmu lewat sejumlah akun media sosial seputar investasi saham, Sanusi mulai belajar fundamental perusahaan yang listing (tercatat) di bursa.
Kini ia memilih untuk menjadi investor jangka panjang dan hanya memilih saham berkategori blue chip alias saham lapis utama berkapitalisasi besar.
Ia mematok target saat berusia 30 tahun atau 11 tahun lagi akan melego sejumlah portofolio untuk membeli kendaraan impian.
Ada banyak anak muda seusia Sanusi yang juga telah akrab dengan dunia investasi pasar modal.
Veronica, 21, mahasiswi salah satu PTN di Padang, juga telah menjadi investor pasar modal, bahkan ia merintis menjadi investor saham sejak berusia 17 tahun.
Orang tuanya mendorong untuk menabung melalui saham dengan menyisihkan uang setiap bulan. Sempat mengalami kerugian namun ia terus belajar trik berinvestasi yang aman.
Ia berhasil menepis pandangan yang menilai bahwa bermain saham merupakan sesuatu yang rumit, menjadi sesuatu yang sebenarnya bisa dipelajari untuk meraih keuntungan.
Masih banyak remaja dan anak muda lain yang dengan kesadaran, pengetahuan, dan renjana (passion) mereka akhirnya terjun ke dunia pasar modal. Itulah potret nyata. Masih belia namun berani merintis peta jalan agar bisa terus eksis di pasar modal.
Dominasi generasi muda
Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan bahwa sekitar 70 persen investor yang menanamkan uang di pasar modal di Sumatera Barat merupakan generasi muda dengan usia di bawah 30 tahun atau disebut generasi milenial.
Hingga Juni 2022, jumlah investor saham di Sumbar mencapai 57.361 dengan volume transaksi per 6 bulan tercatat Rp8,89 triliun. Dari seluruh pemain yang terlibat dalam transaksi tersebut, sekitar 70 persen merupakan anak muda.
"Fakta ini menjadi modal yang kuat untuk pengembangan pasar modal di Sumatera Barat," ujar Kepala OJK Sumbar Yusri.
Para remaja yang saat ini berinvestasi di pasar saham, kelak ketika mereka sudah memiliki kekayaan, akan memberikan sumbangsih terbesar di pasar modal.
Kendati demikian, yang namanya investasi tidak bebas dari risiko kerugian sehingga sebelum berinvestasi di pasar modal mereka harus memperhatikan beberapa hal.
Pertama investor harus paham tujuan berinvestasi, berapa lama jangka waktu, dan jangan sekadar ikut-ikutan alias latah.
Kemudian, tahu apa yang diharapkan dengan investasi di pasar modal dan memahami risiko yang terjadi.
Setiap investasi pasti ada risiko, tidak ada investasi yang tidak ada risiko kerugian, sehingga para pemain pemula harus memahaminya.
Hal lain yang wajib diperhatikan adalah modal yang digunakan. Sumber dana yang diinvestasikan sebaiknya merupakan kelebihan dana bukan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Apalagi sampai berutang dengan beban bunga tinggi. Mengapa? Jika terjadi kerugian maka pemain pemula masih tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selanjutnya, pastikan bergabung di sekuritas yang berizin dan mencari informasi sebanyak-banyaknya sebelum berinvestasi.
Setidaknya ada tiga modal pokok yang harus dimiliki investor pemula sebelum terjun ke bisnis saham, yakni paham, punya, dan pantau.
Sebelum berinvestasi pahami tujuan keuangan karena masing-masing orang akan berbeda tujuannya.
Dari tujuan keuangan yang berbeda maka aksinya juga akan berbeda sehingga tidak terjerat membeli saham berdasarkan referensi teman.
Setelah punya akun saham harus berhati-hati dengan orang yang mengaku dari bursa untuk menghindari penipuan.
Kemudian juga pantau harga yang naik turun dan fluktuasi bisnis karena jangan sampai menyimpan saham perusahaan yang dulu bisnisnya bagus namun sekarang kinerja merosot.
Peningkatan
Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia nilai transaksi saham warga Sumatera Barat di Bursa Efek Indonesia sejak Januari hingga Juni 2022 mencapai Rp8,8 triliun dengan jumlah investor berasal dari provinsi itu mencapai 127.985 orang.
Perwakilan BEI Sumbar mencatat pada tahun lalu pada periode sama nilai transaksi mencapai Rp8,3 triliun dan pada tahun ini naik menjadi Rp8,8 triliun karena terjadinya peningkatan investor aktif.
Tingginya nilai transaksi saham menunjukkan minat masyarakat, terutama kaum milenial, untuk menanamkan uang di pasar modal terus meningkat.
BEI mencatat terdapat penambahan 21.457 investor baru di Sumbar hingga Juni 2022.
Hal tersebut didukung oleh keberadaan 10 sekuritas dan 17 gerai BEI yang tersebar kampus hingga SMA.
Investor asal Sumbar itu didominasi oleh generasi muda dengan komposisi rentang usia 18-25 tahun 25.473 orang, usia 26-30 tahun 14.584 orang, usia 31-40 tahun 10.784 orang, dan usia 41 tahun ke atas 6.372 orang.
Sementara berdasarkan pekerjaan berasal dari pegawai swasta sebanyak 18.382 orang, pegawai negeri 3.716 orang, ibu rumah tangga 2.119 orang, pengusaha 7.619 orang, pelajar 17.641 orang, TNI/Polisi 177 orang, pensiunan 329 orang, guru 620 orang dan lainnya 6.741 orang.
Dilihat berdasarkan sebaran kota investor terbanyak berasal dari Kota Padang sebanyak 42.688 SID, Kabupaten Agam 10.642 SID, Kabupaten Tanah Datar 8.503 SID, Kabupaten Padang Pariaman 7.657 SID.
Banyak investor tersebut tidak lepas dari edukasi dan pengawasan yang dilakukan OJK hingga dukungan dari pemerintah yang membuat produk investasi yang sesuai dengan kebutuhan anak muda.
Ketika pasar semakin baik dan pengawasannya juga ketat maka orang kian percaya bursa saham sehingga mereka juga makin antusias menekuni bisnis tersebut.
Sejalan dengan itu OJK Sumbar berkomitmen meningkatkan akses keuangan masyarakat guna mewujudkan tercapainya inklusi keuangan sehingga publik dapat menggunakan layanan yang disediakan industri jasa keuangan.
Selain itu, perlu komitmen bersama semua pihak termasuk pelaku industri jasa keuangan untuk meningkatkan inklusi keuangan di Sumbar karena target nasional pada 2024 mencapai 90 persen.
Sebab, inklusi keuangan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Makin tinggi inklusi keuangan kian tinggi pula kesejahteraan warga.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022