Pekanbaru (ANTARA News) - Target pertumbuhan ekonomi Indonesia 2006 sebesar 6,1 persen berat untuk dicapai dan pertumbuhan yang akan terjadi diperkirakan pada kisaran 5,9 persen. Pernyataan tersebut disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Regional Otonomi Daerah Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Lucky Eko di Pekanbaru Selasa dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Riau 2006. "Memang pertumbuhan ekonomi Indonesia 2005 5,6 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 5,5 persen, namun untuk meningkatkan pertumbuhan sebesar 6,1 persen tahun 2006 ini cukup berat," ujarnya. Menurut dia, yang agak mengkhawatirkan adalah pengangguran terbuka dan kemiskinan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sasaran pengangguran terbuka adalah 5,1 persen pada 2009. Untuk mencapai hal tersebut, tahun 2007-2009 kenaikan satu persen pertumbuhan ekonomi harus dapat menciptakan 400-500 ribu lapangan kerja baru. "Dalam kenyataannya, selama tahun 2002-2005 pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen hanya mampu menciptakan 180-250 ribu lapangan kerja baru," ujarnya. Kemudian dari sisi kemiskinan, target RPJM nasional 2004-2009 adalah menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 8,2 persen, namun dalam kenyataannya diperkirakan tingkat kemiskinan pada tahun 2006 masih mencapai 15,1 persen. "Dengan kecendrungan seperti ini diperkirakan sasaran untuk penurunan jumlah pengangguran dan kemiskinan dalam RPJM sulit untuk dicapai, hal ini perlu menjadi perhatian dan penanganan secara lebih seksama," ujarnya. Ia mengatakan, berangkat dari realisasi 2005 dan perkiraan 2006, masalah dan tantangan yang harus dihadapi pada 2007 antara lain jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan yang masih sangat besar, masih rentannya keberlanjutan investasi dan rendahnya daya saing ekspor non migas, serta rendahnya produktivitas pertanian, dan belum terkelolanya sumber daya alam energi terbarukan secara optimal. Selain itu, tambahnya lagi, akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan masih harus ditingkatkan, penegakan hukum dan reformasi birokrasi belum optimal, masih rendahnya rasa aman, kurang memadainya kekuatan pertahanan dan masih ada potensi konflik horizontal. Masalah dan tantangan lain adalah, belum memadainya kemampuan dalam menangani bencana, dukungan infrastruktur yang belum memadai, pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri masih belum memadai serta masih besarnya kesenjangan antar wilayah khususnya wilayah perbatasan dan terisolir.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006