PBB (ANTARA) - Direktur Eksekutif Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Children's Fund/Unicef) Catherine Russell pada Senin (22/8) menyuarakan keprihatinan terkait anak-anak yang menjadi korban dalam konflik di Ukraina.
Sedikitnya 972 anak di Ukraina tewas atau terluka akibat kekerasan sejak eskalasi konflik hampir enam bulan lalu, dengan rata-rata lebih dari lima anak tewas atau terluka setiap hari, dan itu hanya mencakup data yang dapat diverifikasi oleh PBB. Jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi, kata Russell dalam pernyataannya.
Sebagian besar kasus korban anak-anak disebabkan oleh penggunaan senjata peledak, yang tidak dapat membedakan antara warga sipil dan tentara, terutama ketika digunakan di daerah berpenduduk, ujarnya.
Tahun ajaran baru yang akan dimulai pekan depan merupakan pengingat tentang banyaknya anak-anak di Ukraina yang menjadi korban. Sistem pendidikan Ukraina hancur akibat eskalasi pertempuran di seluruh wilayah negara itu.
Sekolah-sekolah menjadi target atau dimanfaatkan oleh sejumlah pihak, membuat banyak keluarga merasa tidak aman untuk menyekolahkan anak mereka. UNICEF memperkirakan bahwa satu dari 10 sekolah telah rusak atau hancur, tambah Russell.
"Unicef terus menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan di Ukraina dan agar semua anak dilindungi dari bahaya. Ini mencakup tindakan menghentikan penggunaan senjata peledak secara brutal di daerah berpenduduk dan serangan terhadap fasilitas dan infrastruktur sipil," ujarnya.
"Anak-anak Ukraina sangat membutuhkan keamanan, stabilitas, akses pembelajaran yang aman, layanan perlindungan anak, serta dukungan psikososial. Namun, yang paling utama adalah anak-anak Ukraina membutuhkan kedamaian," katanya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022