Canberra (ANTARA News) - Australia berusaha menyejukkan hubungannya dengan Indonesia, Senin, setelah kasus pemberian suaka dan visa bagi 42 orang warga RI asal Papua yang menyeberang ke negeri itu dengan perahu.Media massa setempat juga melaporkan bahwa kini semakin banyak warga Papua yang menuju Australia untuk mencari suaka politik.Sekitar 100 orang berunjukrasa di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada Senin untuk menyampaikan keberatan atas keputusan Canberra dalam memberikan perlindungan kepada warga Papua yang mendapat status sebagai pengungsi, padahal Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan mereka dipulangkan. Indonesia memanggil pulang duta besarnya di Australia pekan lalu dan menggambarkan pemberian visa tersebut sangat mengecewakan dan merupakan keputusan yang tercela. Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer dengan sangat hati-hati berusaha menjelaskan keputusan tersebut sesuai dengan hukum internasional dan hukum Australia dan Canberra masih mengakui kedaulatan RI atas Papua. "Indonesia telah memperlihatkan bakal mampu menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri dan melalui dialog. Indonesia sudah melaksanakannya untuk Aceh dan pemerintah Indonesia akan berusaha keras untuk melakukan langkah yang sama bagi Papua," kata Downer di hadapan parlemen, Senin. "Kami akan melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk memastikan kelanjutan hubungan persahabatan tersebut," katanya. Media Australia melaporkan bahwa arus mahasiswa Papua kini sedang dalam perjalanan untuk mencari suaka ke Australia. Howard yang mengatakan bahwa jalinan persahabatan dengan Indonesia tidak akan putus oleh kasus Papua, juga mengatakan kepada wartawan bahwa keputusan dari departemen Imigrasi itu bukan merupakan lampu hijau bagi pendatang haram. Ia mengatakan, keberhasilan kebijakan Australia yang dikembangkan pada tahun 2001 untuk menangkap manusia perahu yang sedang mencari suaka saat masih di tengah laut dan meminta mereka kembali, tidak berubah. Kebijakan yang kontroversial itu diberlakukan untuk mencegat pendatang haram yang dikelola oleh para penyelundup manusia.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006