Dusseldorf (ANTARA News) - Orang yang dihinggapi sedikit rasa takut saat hendak naik pesawat terbang dapat mengendalikan rasa takut mereka dengan teknik pernapasan yang tepat. Beberapa saat sebelum pesawat lepas landas, mereka hendaknya menarik napas dalam-dalam, segera hirup udara kuat-kuat, kemudian tahan napas sekitar enam hingga 10 detik. Demikian nasehat Asosiasi Psikiatris Profesional Jerman, yang dikenal dalam akronim Jerman sebagai BVDP, yang menyatakan bahwa teknik tersebut melemaskan otot dan menyingkirkan jauh-jauh rasa takut seseorang. Ketua BVDP, Christa Roth-Sackenheim, memberikan nasehat orang yang mengalami rasa takut ketika hendak terbang agar "menahan diri dari mengkonsumsi minuman keras dan minum yang mengandung caffein, seperti kopi, teh kental dan coca cola guna mencegah peningkatan kondisi bergolak dalam tubuh. Rasa takut terbang dapat muncul dengan sendirinya, berupa rasa gugup, detak jantung yang cepat dan abnormal, banyak mengeluarkan keringat, rasa cemas dan mau muntah. Orang yang sering memperlihatkan gejala-gejala ini hendaknya mencari bantuan medis. "Orang harus mengakui pada dirinya sendiri bahwa mereka takut terbang, terutama para pengusaha yang harus terbang ke berbagai tempat," kata Roth-Sackenheim, seorang psikiater dan pakar psikoterapi. Bukan kilasan khayal Dia menambahkan bahwa rasa cemas saat hendak terbang merupakan gejala serius atau suatu gangguan, bukan kilasan khayal yang orang harus malu karenanya. "Dengan bantuan edukasi dan terapi konfrontasi, orang yang mengidap gangguan ini dapat memutus lingkaran setan tersebut sebelum mereka berupaya mengatasi masalah mereka dengan sikap penghindaran dan alkohol, katanya, seperti dikutip DPA. Sekitar satu dari tiga penumpang pesawat terbang diperkirakan takut terbang. Menurut sebuah survei oleh Pusat Takut Terbang Jerman, sebagian besar penderita adalah orang yang bahkan seringkali harus terbang. Banyak dari mereka telah mengalami situasi yang amat menentukan dalam penerbangan, sebagian lagi tiba-tiba dicekam rasa takut pesawat akan jatuh. (*)

Copyright © ANTARA 2006