Jakarta (ANTARA) - Situasi yang tengah dihadapi Manchester United agak mirip dengan yang terjadi pada klub Ligue 1, Olympique de Marseille.

Sebelum Paris Saint Germain menjuarai Ligue 1 musim lalu, Marseille adalah tim yang tersering menjuarai liga.

Marseille sudah 10 kali juara, tapi kini sudah disamai oleh PSG.

Marseille terakhir kali menjuarai liga pada 2010 dan dalam dua musim terakhir selalu di bawah bayang-bayang PSG.

Seperti Manchester United, penggemar Marseille juga menyebut pemilik biang keladi kemunduran tim.

Pada Agustus 2016, Marseille dibeli pengusaha Amerika Frank McCourt yang mantan pemilik klub bisbol Los Angeles Dodgers. McCourt menunjuk Jacques-Henri Eyraud sebagai presiden klub yang terus menjabat hingga kini.

Dua orang ini terus disorot penggemar Marseille persis pendukung United menyorot Keluarga Glazer.

Eyraud terus menerus menjadi sasaran kemarahan karena penggemar tak bisa menumpahkan kegeraman kepada McCourt yang berada di Amerika seperti keluarga Glazer di Manchester United.

Eyraud dianggap tak memahami kultur Marseille, sepak bola dan pentingnya hubungan klub dengan penggemar.

Dia pernah mengatakan PSG bukan pesaing Marseille, melainkan Netflix yang adalah perusahaan dunia hiburan yang satu bidang usaha dengan perusahaan McCourt.

Penggemar Marseille menyebut pernyataan Eyraud itu membuktikan dia dan McCourt tak peduli sepak bola dan sebaliknya hanya memikirkan profit, persis tudingan penggemar United kepada Keluarga Glazer.

Kekesalan penggemar Marseille mencapai puncak awal Februari 2021 ketika mereka menyerbu pusat pelatihan tim setelah berulang kali gaduh dalam beberapa pertandingan yang dijalani Marseille.

Mereka mendesak mundur Eyraud dan menuntut McCourt menjual sahamnya, sambil mengatai kedua orang itu sebagai orang-orang paling dibenci di Marseille.

Penggemar United juga mencerca pemiliknya seperti pendukung Marseille mengecam McCourt.

Kecaman makin brutal ketika United turut memprakarsai Liga Super Eropa yang kontroversial itu, dan semakin keras lagi setelah musim lalu Setan Merah terjerembab ke urutan enam.

Penunjukan Erik ten Hag agak meredakan kemarahan penggemar, tapi begitu mantan manajer Ajax Amsterdam ini kesulitan mendapatkan buruan-buruan utamanya hingga berujung kepada dua kekalahan pahit dari Brighton dan Brentford, kemarahan meledak kembali.

Muncul tudingan keluarga Glazer hanya menjadikan United sebagai sapi perahnya.

Baca juga: Fans Manchester United protes kepemilikan keluarga Glazer

Selanjutnya : organisasi dagang

Pemilik klub Manchester United asal AS Avram Glazer saat menyaksikan pertandingan leg pertama babak 1 besar Liga Champions antara Manchester United dengan Paris Saint-Germain (PSG) di Old Trafford, Manchester, pada 12 Februari 2019. (Photo by FRANCK FIFE / AFP) (AFP/FRANCK FIFE)

Organisasi dagang

Tapi United memang unik karena tahun lalu menjadi satu-satunya klub Liga Inggris yang memberikan dividen kepada pemegang saham yang sebagian besar mengalir ke keluarga Glazer. Padahal tak satu pun trofi dimenangkan United.

Keluarga Glazer disebut-sebut telah mengeduk 154 juta pound (Rp2,7 triliun) dari Old Trafford, dalam kurun 2012-2021. Tak ada pemilik klub-klub Liga Premier yang mengeduk dana sebanyak itu dalam 10 tahun terakhir.

Ironisnya United harus membayar utang menggunung yang mencapai 592 juta pound (Rp10,4 triliun).

Bahkan ketika keluarga Glazer mengeduk 154 juta pound itu, pemilik Manchester City justru berani membenamkan investasi sebesar 684 juta pound (Rp12 triliun).

Pun saat United mengeluarkan 136 juta pound (Rp2,9 triliun) untuk infrastruktur klub, pemilik City berani mengeluarkan dana tiga kali lebih besar sebanyak 374 juta pound (Rp6,5 triliun).

Tak berlebihan jika penggemar United menyebut keluarga Glazer yang membeli United dari utang, telah mengeduk uang yang tak sebanding dengan prestasi yang diciptakan Setan Merah.

Baca juga: Pendukung MU marah keluarga Glazer digelontori dividen 11 juta pound

Mantan manajer Louis van Gaal sampai menyebut bekas klubnya itu organisasi dagang saat dia membujuk Erik ten Hag agar tak melatih Man United.

Van Gaal merasakan betapa sulit membangun klub ini karena terbentur sikap pemilik yang tak memiliki visi sepak bola.

Bukan hanya ten Hag yang kesulitan mendapatkan buruan-buruan utama seperti Antony dan Frenkie de Jong, pelatih-pelatih sebelumnya pun begitu.

Van Gaal pernah menginginkan Robert Lewandowksi, Sadio Mane, Riyad Mahrez, Thomas Muller, Sergio Ramos, Mats Hummlels, N'Golo Kante, dan James Milner.

Tak satu pun didapatkan van Gaal. Semuanya bergabung dengan klub-klub lain sampai menjadi bintang.

Baca juga: Permainan MU sangat membosankan, kata Louis van Gaal

David Moyes yang digantikan van Gaal juga begitu. Dia ingin menggaet Gareth Bale, Cesc Fabregas dan Toni Kroos, tapi ketiganya tak ada yang bergabung.

Siklus itu berlanjut kepada Jose Mourinho dan Ole Gunnar Solksjaer.

Mourinho menginginkan pemain-pemain seperti Raphael Varane, Neymar, Antoine Griezmann, Alvaro Morata, Gareth Bale, Ivan Perisic. Tak ada satu pun dari pemain-pemain itu yang berhasil direkrut Mourinho.

Solksjaer juga begitu. Dia menginginkan sejumlah pemain bintang yang bahkan baru berprospek bintang saat itu, khususnya Erling Haaland, ketika harganya bahkan belum setinggi sekarang dan karirnya belum mentereng seperti sekarang.

Baca juga: Solskjaer tersingkir karena tak galak dan strategi transfer yang buruk

Selanjutnya : Jika dikalahkan Liverpool

Seorang bocah terlihat dibalik bendera klub sepak bola Manchester United menjelang pertandingan UEFA Super Cup antara Real Madrid dengan Manchester United di the Philip II Arena, Skopje, pada 8 Agustus 2017 . (Photo by ARMEND NIMANI / AFP) (AFP/ARMEND NIMANI)
Jika dikalahkan Liverpool

Ketika Ralf Rangnick merekomendasikan agar skuad MU dirombak besar-besaran, manajemen United tak mau mengambil risiko.

Rangnick tak cuma merekomendasikan membuang 10 pemain dan membeli 10 pemain baru, tetapi meminta klub mencari pemain-pemain ber-DNA seperti United era Ferguson karena skuad yang ada saat ini tak memiliki DNA semacam itu.

Glazer dan manajemen United menolak ide Rangnick. Tetapi yang terkena getahnya justru Erik ten Hag.

Skuad yang hampir sama dengan skuad yang membuat MU finis urutan enam musim lalu itu, kalah menyakitkan dari Brighton dan Brentford.

Baca juga: Manchester United tersungkur 0-4 di kandang Brentford

Kemarahan jauh lebih hebat pun kembali diarahkan kepada pemilik klub, sampai mantan bek United Garry Neville menyatakan saatnya Keluarga Glazer menjual semua sahamnya di Manchester United.

Dalam suasana anti Glazer ini, muncul Elon Musk yang menyatakan tengah membeli United.

Walau ini kemudian diketahui sebagai lelucon, penggemar United bergembira ria sampai harga saham United di pasar modal pun naik.

Musk boleh bercanda, tetapi tidak Jim Ratcliffe. Orang terkaya di Inggris yang gagal membeli Chelsea Mei lalu itu, menyatakan serius ingin membeli United.

Pemilik klub Liga Prancis Nice yang turut mensponsori tim Mercedes di Formula Satu itu menyatakan siap membeli saham minoritas yang kabarnya akan ditawarkan Keluarga Glazer.

Ratcliffe juga siap membeli seluruh saham Setan Merah.

Baca juga: Keluarga Glazer siap jual saham MU senilai Rp2,6 triliun

Sementara itu di bursa transfer, kekalahan besar 0-4 dari Brentford tak saja mengintimidasi Erik ten Hag, namun juga seharusnya memaksa manajemen United bergerak cepat.

Kendati sudah mendapatkan Lisandro Martinez, Tyrell Malacia dan Christian Eriksen, mereka dipaksa meluluskan tuntutan ten Hag, menambah lagi pemain baru, khususnya lini tengah dan lini serang.

Jika mereka berhasil mendapatkan Casemiro dari Real Madrid, dan jika Senin pekan depan mendapatkan sedikitnya satu poin dari laga melawan Liverpool yang akan sangat sulit didapat sekalipun bertanding di Old Trafford, maka tekanan kepada keluarga Glazer mungkin akan mereda.

Tetapi jika dalam pekan ini belum juga mendapatkan pemain baru, situasi bakal semakin sulit bagi Keluarga Glazer, apalagi jika Liverpool mengalahkan Manchester United.

Jika yang terakhir itu terjadi, maka bersiaplah Keluarga Glazer menghadapi episode baru kemarahan penggemar MU. Dia juga harus bersiap menghadapi tekanan divestasi saham yang bisa lebih gencar, termasuk dari orang-orang seperti Jim Ratcliffe.

Karena ketika United kalah lagi, bukan Erik ten Hag, pemain dan apalagi pendukung yang disalahkan. United sudah mencoba bermacam pelatih besar dan gagal. Jika semuanya gagal, maka yang salah bukan lagi pelatih, tapi pemilik.

Baca juga: Elon Musk bercanda soal beli klub Manchester United
Baca juga: Avram Glazer tolak minta maaf usai diprotes suporter Manchester United

Copyright © ANTARA 2022