Jakarta (ANTARA News) - Menperin Fahmi Idris mengajukan dan mendorong penerapan pajak ekspor (PE) biji coklat antara 7,5 sampai 10 persen guna mendorong komoditas tersebut diolah lebih lanjut baik difermentasi maupun dipasok untuk industri pengolahan coklat di dalam negeri.
"PE sudah kita usulkan agar biji coklat lebih banyak diproses di dalam negeri," kata Fahmi usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara petani coklat dengan industri pengolahan coklat di Jakarta, Senin.
Dikatakannya, proses penerapan PE tersebut tengah berjalan dan sudah ada di DPR. "Bagaimana perkembangan di DPR itulah yang tidak bisa kita kontrol," ujar Fahmi.
Ia menegaskan bahwa pemerintah mendorong pengolahan lebih lanjut biji coklat di dalam negeri agar difermentasi sehingga nilainya lebih tinggi, karena saat ini harga biji coklat di dunia dihargai lebih murah sekitar 250 sampai 300 dolar AS per ton dibanding Ghana ataupun Malaysia.
Fahmi mengatakan, selain mendorong penerapan PE, Deperin juga mendorong penghapusan PPN untuk biji coklat sehingga petani lebih bergairah lagi melakukan fermentasi dan memasoknya untuk kepentingan industri pengolahan di dalam negeri.
Selain itu, pemerintah cq Deperin bersama departemen (Deptan dan Depdag)
serta instansi terkait sepakat mendorong hasil biji coklat yang bermutu sehingga perbaikan dimulai dengan bibit yang bagus, menghalau hama PBK (pengerek buah kakao) dan fermentasi.
"Dengan demikian produsen coklat hilir juga akan mendapatkan manfaatnya dari bahan baku yang bagus sehingga produk
cocoa butter, powder, ataupun
liquer-nya bisa menghasilkan bahan baku makanan yang bagus," kata Fahmi.
Ia juga berharap dengan membaiknya kualitas biji coklat yang
dihasilkan, maka produsen coklat baik petani maupun industri pengolahan coklat tidak dipandang rendah negara lain.
Fahmi berharap industri pengolahan coklat lebih banyak lagi melakukan kerjasama dengan petani. "Kalau sekarang baru 2,5 persen dari total produksi biji coklat nasional sekitar 400 ribu ton, maka ke depan harus lebih banyak lagi."
Sejumlah sentra produksi terbesar biji coklat, antara lain Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara yang menguasai 63 persen. Produsen lainnya adalah Bali, dan sebagian Jawa.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006