Mereka bukan penari profesional

Jakarta (ANTARA) - Seorang Mahasiswa Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Aisya Jenina Albayroni bersama empat warga Laos berkolaborasi memperkenalkan tarian Betawi Sirih Kuning di KBRI Laos dalam rangka HUT ke-77 RI atau bertepatan dengan 65 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Laos, pada Rabu (17/8).

Berdasarkan keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, kegiatan itu bagian dari pelestarian dan pengenalan budaya Indonesia kepada dunia internasional atau sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia.

Pengajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) di KBRI Vientiane, sekaligus pengajar tari, Mustika Ayu Rakhadiyanti, mengatakan Aisya dan empat orang warga Laos yakni Alounny Sulivongsa, Alisa Boupha, Buakham Manasing, Toria Ninthavong, bukanlah penari, tetapi mereka menguasai tarian itu hanya dalam waktu empat hari.

"Mereka bukan penari profesional, tapi dalam waktu sekitar empat hari, mereka mampu menguasai tarian ini dan tampil secara sempurna, durasinya lumayan lama juga sampai lima menit," kata Tika, panggilan akrab Mustika Ayu.

Pengajar BIPA lainnya, Hanifia Arlinda menambahkan, proses latihan selama empat hari berturut-turut selama dua jam. Latihan dimulai dengan pemanasan, gerakan dasar tari Betawi, lalu masuk ke bagian musik dan gerakan.

Baca juga: Peringatan HUT RI di KBRI Lima berlangsung di tengah cuaca dingin

Setelah selesai mempelajari semua gerakan dari awal hingga akhir, para penari mempelajari formasi atau pola lantai dalam tarian. Hal ini agar posisi penari terlihat bervariasi.

"Sebetulnya Ini semacam gebrakan baru, karena tarian Sirih Kuning ini mulanya harus berpasangan tetapi sekarang sudah boleh ditarikan oleh perorangan. Kemudian ada kolaborasi antara Indonesia dan Laos untuk mempererat hubungan antara dua negara," sebut Hanifia.

Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI), Rachma Fitriati mengatakan bahwa kolaborasi tarian itu sejalan dengan Program Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).

"Menurut Dirjen Dikti Kemendikbud, sejatinya, para mahasiswa yang saat ini belajar di perguruan tinggi, harus disiapkan menjadi pembelajar sejati yang terampil, lentur, dan ulet (agile learner). Kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci penting untuk memastikan pembangunan Indonesia yang berkelanjutan," ujar Rachma.

Rachma menyebutkan Aisya yang juga sedang melaksanakan Program Magang Mandiri tersebut, sesungguhnya tengah melaksanakan kebijakan MBKM dalam arti yang sesungguhnya dengan kegiatan ini.

Baca juga: Peringati HUT RI, Dubes Fadjroel ajak WNI di Kazakhstan kelola pandemi

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022