Ankara (ANTARA) - Bank sentral Turki mengejutkan pasar pada Kamis (18/8/2022) dengan memangkas suku bunga utamanya sebesar 100 basis poin menjadi 13 persen, mengatakan pihaknya perlu terus mendorong pertumbuhan ekonomi meskipun inflasi mencapai hampir 80 persen dan tren pengetatan moneter di antara rekan-rekannya di seluruh dunia.
Lira jatuh sebanyak 1,2 persen menjadi 18,15 per dolar karena bank mengambil langkah terbaru ke jalur kebijakan yang tidak ortodoks yang dianjurkan oleh Presiden Tayyip Erdogan yang bertujuan untuk memberikan kredit murah yang ditargetkan untuk membantu meningkatkan ekspor Turki.
Hampir tidak ada sinyal bahwa penurunan suku bunga lagi sedang dikerjakan dan tidak ada ekonom yang disurvei oleh Reuters yang memperkirakannya, mengingat inflasi telah melonjak ke level tertinggi 24 tahun, memakan pendapatan dan tabungan warga Turki.
Bank telah mempertahankan suku bunga utamanya di 14 persen selama tujuh bulan terakhir setelah memotongnya sebesar 500 basis poin menjelang akhir tahun lalu. Pelonggaran kebijakan itu memicu krisis mata uang pada Desember yang menyebabkan inflasi melonjak.
Pemotongan suku bunga yang telah lama didesak oleh Erdogan - yang memegang kekuasaan atas bank setelah menggulingkan beberapa gubernurnya dalam beberapa tahun terakhir - telah meninggalkan suku bunga riil di wilayah yang sangat negatif dan telah mempercepat krisis biaya hidup untuk rumah tangga Turki.
Analis menyatakan kecewa atas keputusan tersebut.
JPMorgan mengatakan dalam sebuah catatan bahwa langkah itu "oportunistik," didorong oleh peningkatan cadangan devisa baru-baru ini "di samping lingkungan global yang lemah dan kenaikan tajam dalam suku bunga pinjaman lokal" yang membebani kegiatan ekonomi.
Tetapi campuran kebijakan saat ini "pada akhirnya akan mengarah pada pembalikan kebijakan atau penurunan ekonomi," kata catatan itu.
Komite penetapan kebijakan bank sentral mengatakan perlu bertindak karena indikator utama menunjukkan hilangnya momentum ekonomi pada kuartal ketiga.
"Sangat penting bahwa kondisi keuangan tetap mendukung untuk menjaga momentum pertumbuhan dalam produksi industri dan tren positif dalam pekerjaan di masa meningkatnya ketidakpastian mengenai pertumbuhan global serta meningkatnya risiko geopolitik," katanya dalam sebuah pernyataan.
Suku bunga kebijakan baru "cukup di bawah prospek saat ini", katanya, menambahkan kesenjangan yang tumbuh antara suku bunga kebijakan dan kenaikan suku bunga pinjaman mengurangi "efektivitas transmisi moneter".
"Kami pikir bauran kebijakan ekonomi makro di Turki menjadi lebih tidak berkelanjutan dengan penurunan suku bunga hari ini," tulis analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan di mana mereka memperkirakan inflasi tahunan akan naik menjadi lebih dari 90 persen dan hanya turun mendekati 75 persenpada akhir tahun.
"Kami menyadari risiko kenaikan yang substansial untuk perkiraan kami," tambah catatan itu.
Baik Goldman maupun JPMorgan memperkirakan tidak ada lagi penurunan suku bunga dalam waktu dekat, dan JPMorgan memperkirakan kenaikan suku bunga menjadi 25 persen pada kuartal pertama 2023 dan suku bunga riil berubah positif pada paruh kedua tahun depan.
Krisis mata uang tahun lalu membuat lira jatuh 44 persen terhadap dolar, memicu inflasi melalui impor. Mata uang telah kehilangan lebih lanjut 27 persen sepanjang tahun ini sementara inflasi mencapai 79,60 persen pada Juli, sebagian dipicu oleh dampak dari perang di Ukraina.
Lira pada Kamis (18/8/2022) menembus 18 terhadap dolar untuk pertama kalinya sejak Desember dan mencatat rekor penutupan terendah di 18,089.
Dengan kendala pasokan, permintaan konsumen, dan dampak dari perang yang memicu inflasi secara global, bank sentral di pasar negara maju dan berkembang mendongkrak suku bunga.
Tingkat inflasi Turki termasuk yang tertinggi di dunia sementara tingkat bunga riilnya, minus 67 persen, termasuk yang terendah.
Baca juga: Saham negara berkembang naik, setelah pertumbuhan inflasi AS melemah
Baca juga: Presiden Turki desak penurunan harga setelah Lira "rebound"
Baca juga: Bank sentral Turki dan bank-bank bahas suku bunga setelah lira jatuh
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022