Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menekankan bahwa tidak bisa menyamaratakan gaya belajar lansia dengan pembelajaran yang diterapkan pada penduduk berusia produktif.

“Kita ini jangan berpikir bahwa lansia bisa belajar seperti formal. (Harusnya kita) mengajak mereka untuk bisa belajar menilai diri mereka sendiri dan mengajak mereka untuk mengeksplor diri mereka sendiri,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti saat ditemui usai acara wisuda sekolah lansia di Jakarta, Kamis.

Nopian menuturkan bahwa gaya belajar yang harus diterapkan saat memberikan materi pada lansia harus melalui cara yang membuat para lansia merasa senang, nyaman, dan bahagia.

Baca juga: BKKBN gelar wisuda sekolah lansia dukung ketangguhan dalam keluarga

Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membuka sesi ruang bersosialisasi seperti bertukar pikiran ataupun bercerita, berolahraga ringan hingga mengajak lansia mengeksplor kelebihan dari bakat-bakat yang dimiliki.

"Materi pembelajaran juga harus dikemas semenarik mungkin agar kelas belajar dapat memiliki suasana yang menyegarkan dan tidak membuat jenuh lansia. Tentunya dengan durasi yang tidak terlalu lama," katanya.

Nopian menekankan bahwa keinginan serta kesehatan lansia sangat dipengaruhi oleh faktor pikiran. Bila lansia diberikan begitu banyak materi yang berat atau mengalami hal-hal yang memberatkan fisik dan batinnya, maka berpotensi memunculkan berbagai penyakit yang menurunkan produktivitas lansia.

“Kesehatan lansia itu banyak ditentukan oleh faktor pikiran. Kalau mereka gembira, senang penyakit bisa hilang. Jadi obat itu adalah mendukung saja, yang paling penting pikiran,” kata Nopian.

Baca juga: BKKBN: Wujudkan lansia tangguh bentuk ketahanan demografi

Kepala Sekolah Lansia dari Universitas Respati Indonesia (Urindo) Tri Suratmi menyebutkan dua mata pelajaran yang paling diminati oleh lansia di Sekolah Lansia Jakarta yakni kelas yoga dan relaksasi.

Siswa lansia yang hadir pun hanya mengikuti kelas maksimal dua jam pada setiap kedatangan. Kelas yang diberikan sudah mencakup teori dan praktik yang disusun ke dalam delapan tahapan, dan disesuaikan dengan standar kebutuhan lansia selama enam bulan secara gratis.

Tri mengatakan singkatnya kegiatan pembelajaran disebabkan oleh karakter lansia yang kesulitan mengikuti kelas dalam waktu yang lama.

Ia mengatakan tenaga pendidik disesuaikan sesuai dengan bidang dan kemampuannya masing-masing.

Baca juga: Lansia punya peran dalam mencegah anak terkena kekerdilan

“Urindo termasuk perguruan tinggi dan ada fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya pengabdian masyarakat. Jadi kalau ada dosen yang kita rekrut untuk memberikan mata kuliah, itu akan diberikan sertifikat untuk laporan beban kerja dosen sebagai pengabdian masyarakat, jadi kami sistematis,” kata Tri.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022