Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong kerja sama nasional dan internasional serta membangun jejaring dan melakukan riset untuk mewujudkan laut bersih, sehat, memiliki ketahanan dan produktif di pulau-pulau kecil.
“Tim periset menargetkan tujuan jangka pendek yaitu terbangunnya jejaring dan kerja sama riset multidisiplin, baik nasional maupun internasional," kata Peneliti Utama Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN Agus Heri Purnomo dalam lokakarya “Studi Pulau-Pulau Kecil” yang diikuti secara virtual di Jakarta, Kamis.
Para peneliti juga menargetkan tersedianya informasi ilmiah untuk dijadikan landasan perumusan kebijakan pemanfaatan sumber daya laut secara optimal dan berkelanjutan dalam kerangka ekonomi biru, dan terealisasinya kontribusi signifikan periset Indonesia pada Decade of Ocean Science.
International Decade of Ocean Science for Sustainable Development atau the Decade mengagendakan tujuh luaran yang dapat dirasakan oleh publik pada 2030, yakni laut yang bersih, sehat dan memiliki resiliensi, produktif, dapat dipahami perilakunya, aman, dapat diakses oleh semua pihak, dan menginspirasi publik.
Baca juga: BRIN: Penguatan komunitas maritim dukung kelestarian sumber daya laut
Tujuh luaran tersebut hanya dapat dicapai melalui kerja sama semua pihak termasuk pemerintah, pengusaha, peneliti/akademisi, dan masyarakat madani.
Dalam upaya keterlibatan Indonesia pada agenda the Decade, BRIN mengadakan lokakarya studi pulau-pulau kecil.
Lokakarya studi pulau-pulau kecil berupaya membangun kemitraan antara pemerintah, pengusaha, dan periset atau akademisi untuk merancang kerja sama riset aksi dan inovasi untuk menjadikan laut yang bersih, sehat dan produktif, sehingga dapat mewujudkan ekonomi berwawasan lingkungan.
Penjalinan kerja sama antar berbagai pihak terkait seperti pemerintah, pengusaha, peneliti atau akademisi, dan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat baik dalam maupun luar negeri, ditujukan untuk melaksanakan berbagai kegiatan keilmiahan seperti pelaksanaan riset gabungan, pertukaran data ilmiah, dan penyelenggaraan forum-forum ilmiah.
Agus yang juga ketua panitia lokakarya tersebut menuturkan para saintis nasional akan mengkaji kondisi ekosistem di pulau-pulau kecil, baik dari aspek biofisik maupun sosial ekonomi. Mereka akan berbagi pandangan dan masukan dengan ilmuwan luar negeri.
Baca juga: BRIN: Pengungkapan kekayaan laut dalam Indonesia masih sangat minim
Ia mengatakan saat ini sedang dilakukan proses penyusunan rencana kerja sama, di antaranya dengan Balai Pustaka, Yayasan Bahari Indoneia terkait Ocean Litteracy, pengusulan proposal pendanaan ke UNESCO, United Nations Development Programme (UNDP), dan pemerintah lokal.
Selain itu, sedang diupayakan peningkatan keterlibatan dengan mitra riset regional, di antaranya dengan Korea Indonesia Marine Technology Office.
Pulau kecil adalah pulau dengan luasan lebih kecil atau sama dengan 2.000 kilometer (km) persegi. Jumlah pulau kecil mencapai ribuan dan jauh lebih banyak dibanding pulau besar yang dimiliki Indonesia.
Pada pulau-pulau kecil berpenduduk, ketersediaan air dan sanitasi hampir selalu menjadi tantangan utama.
Di sisi lain, terlepas dari dampak positif bagi ekonomi masyarakat, pengembangan wisata bahari di pulau-pulau kecil berpotensi membawa berbagai dampak negatif terhadap layanan ekosistem seperti akumulasi sampah laut, perusakan habitat, dan penurunan populasi biota laut.
Baca juga: BRIN usulkan pembentukan stasiun penelitian laut di G20
"Untuk itu, diperlukan berbagai upaya untuk menjawab tantangan yang ada demi mencapai laut bersih, sehat, dan produktif di pulau-pulau kecil baik melalui jalinan kerja sama antarpihak maupun beragam kegiatan keilmiahan seperti penelitian gabungan dan pertukaran data ilmiah," katanya.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022