Beberapa hewan bisa punah tapi virusnya tidak
Jakarta (ANTARA) - Ahli Global Security Health Dicky Budiman menekankan bahwa sistem kesehatan pada hewan perlu lebih ditingkatkan di tengah maraknya penyakit yang ditularkan ke manusia dan berasal dari hewan (zoonosis) sebagai refleksi HUT Indonesia ke-77.
“Yang umumnya disebut dengan one health adalah harmonisasi kesehatan manusia, hewan dan lingkungan ya seperti yang sudah saya sampaikan,” kata Dicky saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Dicky menuturkan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77 merupakan momentum untuk mewujudkan salah satu cita-cita bangsa yakni membangun harmonisasi layanan kesehatan bagi semua aspek kehidupan.
Terkait dengan banyaknya virus yang berasal dari hewan, Dicky menyarankan agar Indonesia mulai mengantisipasi terjadinya perburukan situasi dengan membuat analisa ataupun kajian khusus yang disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap wilayah bersama dengan para stakeholder.
Dengan bantuan stakeholder, pemerintah dapat melakukan sebuah intervensi sebagai jalan keluar yang didasari oleh pendekatan ilmiah. Dengan demikian, implementasi kebijakan di lapangan dapat berjalan dengan baik.
“Harus dilihat satu per satu tidak bisa langsung main digeneralisasi karena tingkatan risiko, tingkatan paparan konteksnya berbeda-beda,” ujar Dicky.
Baca juga: Epidemiolog: Data terkait virus Langya belum solid
Baca juga: Entomolog: Perubahan iklim secara tidak langsung pengaruhi zoonosis
Di sisi lain, meminimalkan kontak antar manusia dengan hewan sudah selayaknya dilakukan. Hal itu dapat dilakukan dengan menata lokasi peternakan agak jauh dari pemukiman, mengurangi kontak masyarakat datang ke tempat pemotongan hewan, meminimalisir terjadinya kerusakan ekosistem atau lingkungan.
Menurut dia pemerintah juga harus mengambil tindakan untuk memberlakukan regulasi dengan syarat sertifikasi pada rumah potong hewan, agar pihak-pihak yang terlibat merupakan ahli di bidangnya baik terkait siapa yang memotong hewan hingga jenis hewan apa yang boleh diperjualbelikan.
Sebagai bentuk pencegahan lainnya, diharapkan setiap masyarakat yang sering melakukan kontak langsung dengan hewan seperti peternak tetap menggunakan masker, sarung tangan dan menjaga kebersihan diri sebelum melakukan kontak sosial dengan pihak lainnya.
“Perlu diingat kalau lingkungannya rusak, beberapa hewan bisa punah tapi virusnya tidak, malah bisa pindah dan loncat. Dalam kondisi itu, virusnya bisa loncat ke manusia begitu,” kata dia.
Dicky menambahkan, peningkatan kapasitas surveilans dan pelacakan tidak boleh hanya difokuskan pada manusia sebagai upaya penanggulangan COVID-19 saja. Surveilans juga harus dilakukan untuk meminalkan terjadinya penularan dari potensi zoonosis.
Dicky menambahkan, Indonesia harus belajar dari pengalaman China, Hongkong dan Taiwan yang terus meningkatkan pemahaman literasi pada tenaga kesehatannya dalam menghadapi zoonosis.
Ia mengatakan penanganan terhadap zoonosis di Indonesia memang sudah ada, namun masih sangat minim dan perlu adanya pembenahan sistem kesehatan pada hewan lebih lanjut.
“Kita lebih ke manusianya seperti kapasitas laboratorium, sumber daya manusia. Tapi kalau bicara hilirnya ke pencegahan spillover virusnya ini kita belum, ada tapi sangat minim,” kata Dicky yang juga Epidemiolog dari Griffith University Australia itu.
Baca juga: Reaksi G-20 atasi ancaman zoonosis
Baca juga: Kemenkes kategorikan cacar monyet sebagai zoonosis
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022