mendukung konsep forest campus yang selama ini diusung IteraBandarlampung (ANTARA) - Sebanyak 4.860 mahasiswa baru Institut Teknologi Sumatera (Itera) melakukan gerakan menanam pohon di lingkungan kampus yang terintegrasi dengan kurikulum pendidikan mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB) yakni mata kuliah Lingkungan Hidup Sumatera.
"Program integrasi perkuliahan Lingkungan Hidup Sumatera dan kegiatan menanam pohon bagi mahasiswa baru adalah upaya mendukung konsep forest campus yang selama ini diusung Itera," kata Rektor Itera Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, dalam keterangan yang diterima di Bandarlampung, Selasa.
Ia mengatakan, selain itu kegiatan ini juga menjadi aksi nyata mahasiswa untuk terlibat langsung dalam penanggulangan global climate change atau perubahan iklim global. Secara tatanan fundamental, menanam dan menumbuhkan pohon pada dasarnya merupakan upaya mengurangi CO2 di atmosfer (carbon dioxide sequestration).
Sebab, lanjut dia, reaksi fotosintesis membutuhkan CO2 sebagai input untuk menghasilkan senyawa karbohidrat sebagai materi penyusun biomasa tumbuhan sebagai rangkaian konsep carbon storage untuk menyimpan senyawa karbon tidak lepas ke atmosfir.
"Reaksi fotosintesis juga menghasilkan oksigen sebagai penopang kehidupan organisme autotrof termasuk manusia," kata dia.
Baca juga: Tim dosen Itera terapkan PLTHM-PLTS terangi Dusun Batu Saeng Tanggamus
Baca juga: Itera manfaatkan limbah batang sawit jadi pendeteksi kesegaran makanan
Pelajaran dasar fisiologi tumbuhan ini dirancang menjadi bagian materi perkuliahan dari silabus mata kuliah Lingkungan Hidup Sumatera dan menjadi komponen penilaian kelulusan mata kuliah. Keberhasilan mahasiswa merawat pohon yang ditanam selama satu semester berkontribusi dalam penentuan indeks nilai akhir kelulusan mata kuliah yang bobotnya ditentukan secara proporsional.
“Jika mahasiswa tidak berhasil merawat dan mempertahankan survival pohon yang ditanam, maka nilai mata kuliah mereka akan berstatus T dan mereka harus menanam kembali pohon dan merawat kembali dalam masa tertentu untuk dapat mengubah nilai T nya menjadi A, AB, atau B dan seterusnya,” ujar Rektor.
Rektor pun menekankan, Itera berkomitmen sungguh-sungguh untuk menjadikan isu global climate change sebagai umbrella platform dalam penyelenggaraan program Tridharma dan tata kelola kampus.
“Saya berharap adik-adik dapat menyesuaikan diri sejak dini, memasuki masa perkuliahan dengan platform ini, sehingga pada saat lulus nanti, siap mengisi peluang-peluang pembangunan yang berbasiskan konsep penanggulangan perubahan iklim global,” katanya.
Baca juga: UI gelar lokakarya solusi pengembangan kampus hijau
Pelajaran dasar fisiologi tumbuhan ini dirancang menjadi bagian materi perkuliahan dari silabus mata kuliah Lingkungan Hidup Sumatera dan menjadi komponen penilaian kelulusan mata kuliah. Keberhasilan mahasiswa merawat pohon yang ditanam selama satu semester berkontribusi dalam penentuan indeks nilai akhir kelulusan mata kuliah yang bobotnya ditentukan secara proporsional.
“Jika mahasiswa tidak berhasil merawat dan mempertahankan survival pohon yang ditanam, maka nilai mata kuliah mereka akan berstatus T dan mereka harus menanam kembali pohon dan merawat kembali dalam masa tertentu untuk dapat mengubah nilai T nya menjadi A, AB, atau B dan seterusnya,” ujar Rektor.
Rektor pun menekankan, Itera berkomitmen sungguh-sungguh untuk menjadikan isu global climate change sebagai umbrella platform dalam penyelenggaraan program Tridharma dan tata kelola kampus.
“Saya berharap adik-adik dapat menyesuaikan diri sejak dini, memasuki masa perkuliahan dengan platform ini, sehingga pada saat lulus nanti, siap mengisi peluang-peluang pembangunan yang berbasiskan konsep penanggulangan perubahan iklim global,” katanya.
Baca juga: UI gelar lokakarya solusi pengembangan kampus hijau
Baca juga: UNS dorong perguruan tinggi tingkatkan pengelolaan kampus hijau
Baca juga: Sumur resapan IAIN Salatiga bentuk Kampus Moderat Hijau
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022