Denpasar (ANTARA) - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui Kantor Bea Cukai Denpasar Bali melepas 34 buah kontainer berisi barang-barang ekspor ke Vanuatu di Pelabuhan Benoa, Bali, Selasa.

Kepala Kantor Bea Cukai Denpasar Puguh Wiyatno mengatakan kegiatan pelepasan ekspor perdana setelah COVID-19 tersebut merupakan bagian dukungan terhadap usaha pemulihan ekonomi nasional.

"Hari ini kita melakukan ekspor perdana setelah COVID-19 melalui PT. Bali Sourcing Cargo yakni komoditas furnitur sebanyak 34 kontainer dengan tonase sebesar 312.430 KGS ke Vanuatu dengan perkiraan nilai devisa sebesar Rp2.027.644.207 atau USD 136.056," kata dia di Denpasar.

Puguh Wiyatno mengajak masyarakat pelaku ekspor melihat pangsa pasar dan mendorong masyarakat untuk berani mengekspor barangnya ke luar negeri.

Dia mengatakan kegiatan ekspor barang merupakan bagian dari usaha membangkitkan ekonomi Bali di luar sektor pariwisata.

Baca juga: Kemenperin bidik ekspor bumbu masak 2 miliar dolar AS

Selain itu, keberhasilan ekspor tersebut tidak terlepas dari peran Bea Cukai Denpasar sebagai trade facilitator and industrial assistance, dimana Bea Cukai Denpasar memberikan pelayanan dan pengawasan di bidang ekspor melalui program inovasi layanan yaitu “BLI KADEk" (Bimbingan dan Layanan Informasi dan Klinik Asistensi dan Dukungan Ekspor).

Program tersebut merupakan implementasi dari inisiatif strategis Bea Cukai Denpasar untuk meningkatkan potensi ekspor melalui transportasi laut maupun udara dengan menggunakan Pelabuhan Benoa, maupun pelabuhan lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor, menjaga neraca perdagangan, sehingga dapat mengurangi defisit dan memulihkan ekonomi Bali.

Pemilik PT. Bali Sourcing Cargo Surungan Novita Sibarangi mengaku senang dan bangga karena mendapatkan kesempatan sebagai pelaku usaha pertama yang mengekspor barang setelah dua setengah tahun tidak melakukan ekspor barang.

"Saya melakukan ekspor dari Bali agar dapat membangkitkan kembali perekonomian Bali, jaya sama seperti sebelum COVID-19," kata dia usai acara pelepasan oleh Kantor Bea Cukai di Pelabuhan Benoa, Selasa.

Novita menjelaskan barang yang diekspor macam-macam seperti patung, garmen, furniture dan barang kerajinan produk masyarakat Bali. Adapun tujuan ekspor barang tersebut untuk pembuatan Resort di Vanuatu.

"Semuanya produk Bali. Langsung ke Vanuatu, tetapi dengan syarat mengikuti prosedur perijinan (yang ditetapkan) oleh pemerintah. Misalnya jika ada kayu gelondongan ya kita tidak kirim," kata dia.

Sebelumnya, Novita mengaku melakukan kegiatan ekspor dari Surabaya ke negara lain seperti Australia, Prancis dan beberapa negara Eropa lainnya karena di Bali sendiri belum memiliki fasilitas penunjang seperti kapal pengangkut barang ekspor.

Saat ini pemerintah provinsi Bali terus melaksanakan upaya-upaya pemulihan ekonomi Bali setelah mengalami kelesuan akibat COVID-19.

Dengan menurunnya COVID-19 dan tingginya capaian vaksin booster, Pemerintah Provinsi Bali terus menciptakan suasana yang nyaman, aman dan kondusif bagi kunjungan wisatawan ke Bali, sehingga jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Bali semakin meningkat.

Sejak akses wisatawan mancanegara dibuka (14/10/2021) dan berlakunya kebijakan baru (7/3/2022) yaitu tanpa karantina dan fasilitas Visa on Arrival (VoA) untuk 43 negara, data menunjukkan adanya peningkatan perekonomian Bali.

Bank Indonesia dalam laporan (13/6/2022) menyatakan perekonomian Bali tahun 2022 diprakirakan tumbuh dibandingkan dengan tahun 2021 didukung oleh pemulihan kinerja pariwisata seperti ajang berskala Nasional dan Internasional usai pelonggaran kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), serta relaksasi persyaratan perjalanan bagi Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) dan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN).

Di pihak lain, PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali pada 5 Agustus 2022 merilis telah melayani sebanyak 5.612.777 orang penumpang selama periode Januari hingga Juli 2022.

Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022