New York City (ANTARA) - Lebih dari sepertiga warga Amerika Serikat yang berhenti menjalani terapi tahun ini menyebut faktor uang, termasuk biaya sekunder seperti perawatan anak dan transportasi, dan tanggungan asuransi, sebagai penyebabnya.

Hal itu dilaporkan oleh CNBC pada Minggu (14/8) yang mengutip survei baru-baru ini oleh Verywell Mind.

"Bagi banyak orang, penyebabnya adalah naiknya biaya. Uang bensin untuk terapi kini lebih tinggi," kata Amy Morin, pemimpin redaksi Verywell Mind dan psikoterapis berlisensi.

"Orang-orang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk layanan pengasuh anak, agar mereka bisa pergi menemui terapis. Dan tentu saja, banyak terapis juga menaikkan tarif mereka karena kenaikan inflasi," kata dia.

"Meskipun inflasi tampaknya melambat, menurut angka Indeks Harga Konsumen terbaru, secara keseluruhan, inflasi AS masih tinggi," sebut laporan itu.

Beberapa orang menemukan cara untuk menghemat biaya terapi dari kantong pribadi dengan mengurangi frekuensi sesi mereka menjadi sebulan sekali dari sebelumnya sebanyak tiga hingga empat kali.

Sementara itu, sebagian lain mengandalkan orang-orang yang mereka cintai untuk mendapatkan bantuan. Sebanyak 38 persen dari 1.000 peserta survei melaporkan bahwa mereka memerlukan bantuan keuangan dari orang lain untuk membayar terapi.

Bahkan bagi orang-orang yang sesi terapinya ditanggung sebagian oleh asuransi merasa khawatir bahwa mereka akan kesulitan membayarnya dalam jangka panjang, ungkap laporan itu.

Laporan itu juga menambahkan bahwa lebih dari 60 persen partisipan, termasuk mereka yang memiliki asuransi, melaporkan bahwa mereka membayar biaya terapi dari kantong pribadi dengan total rata-rata 178 dolar AS (Rp2,63 juta) per bulan.

Sumber: Xinhua

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022