"Terganggu saja. Pernah ada acara di Istana, penyanyinya kelihatan pusarnya. Pulang, saya bilang. Akhirnya dia pulang `nggak` sempat nyanyi," kata Presiden.
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku dirinya masih memiliki pandangan kolot karena ia merasa risih melihat orang yang berpakaian dengan memperlihatkan pusar. Pengakuannya itu diungkapkannya saat memberikan sambutan dalam pembukaan Kongres Persatuan dan Kesatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Hotel Sahid, Jakarta, Jumat. Penyanyi dalam suatu acara di Istana pernah menjadi korban ketidaksukaan sang Kepala Negara, sehingga penyanyi yang bersangkutan terpaksa diusir sebelum sempat mengumandangkan lagu-lagu. "Terganggu saja. Pernah ada acara di Istana, penyanyinya kelihatan pusarnya. Pulang, saya bilang. Akhirnya dia pulang `nggak` sempat nyanyi," kata Presiden, ditimpali oleh ratusan tamu yang hadir. Pengakuan seputar `pusar` itu muncul ketika Presiden Yudhoyono menyampaikan pendapat soal pro dan kontra terhadap RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (APP). Yudhoyono meminta RUU tersebut dirumuskan dengan damai dan memakai batasan yang jelas agar tidak terjadi konflik di masyarakat. "Kita tahu kok mana yang disebut porno, mana yang tidak. Mari kita rumuskan. Ini bangsa kita sendiri, negara sendiri, masyarakat sendiri, rumuskan dengan baik. Jangan perang tanding hanya karena interpretasi. Rumuskan dengan jernih dan logis," pinta Presiden. Ia juga meminta kelompok-kelompok yang saling bertentangan, untuk menyikapi RUU APP itu dengan kepala dingin. "Ada yang menuntut bahwa itu hak, `freedom`, baik kok dibatas-batasi. Yang satunya, minta harus busananya penuh. Kita harus cari yang logis, yang pantas, apa sebenarnya," ujarnya. Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono meminta rakyat Indonesia untuk terus mengobarkan nasionalisme, antara lain dengan mempertahankan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional yang dimiliki Indonesia. "Jangan cepat-cepat mengimpor, jangan cepat-cepat senang dengan budaya negara lain: Budaya Eropa, Amerika, Timur Tengah, dan sebagainya. Saya kira budaya Indonesia sudah sangat luar biasa," katanya. Di bagian lain sambutannya, Presiden juga menyebutkan ada empat konsensus dasar yang tidak boleh tercabut bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. "Kemajemukan Indonesia akan rontok kalau konsensus dasar itu tercabut," katanya mengingatkan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006