Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menekankan bahwa Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-77 merupakan momentum bagi semua pihak untuk memperkuat protokol kesehatan (prokes) dalam rangka melindungi sesama dari penularan virus.

“Momentum kemerdekaan ini menjadi momentum kita untuk bersama-sama melakukan komitmen menerapkan protokol kesehatan. Jangan sampai terjadi lonjakan kasus lagi,” kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19 Sonny Harry B. Harmadi dalam Talkshow Sambut Kemerdekaan, Prokes Jangan Kendor yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Hari Kemerdekaan RI ke-77 menurut Sonny seharusnya menjadi saat memperkuat penerapan protokol kesehatan terutamanya dalam menggunakan masker dan mengikuti vaksinasi COVID-19, agar negara dapat pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.

Peringatan hari kemerdekaan tahun 2022 berbeda karena dapat kembali dirayakan bersama-sama, semenjak tahun 2020 negara harus bungkam dan tidak dapat merayakannya akibat terdapat sejumlah penerapan pembatasan seperti menjaga jarak dan menjauhi kerumunan.

Baca juga: Satgas: Tanjungpinang tertinggi lagi kasus aktifCOVID-19 di Kepri

Baca juga: Babel siapkan gerai vaksin COVID-19 di Kantor Gubernur

Namun pada tahun ini, kemerdekaan dapat dirayakan di tengah masih terjadi tren kenaikan kasus COVID-19. Kasus aktif di Indonesia misalnya, total kasus sudah mencapai sekitar di atas 53.000 dan positivity rate yang menyentuh 11,4 persen hingga kemarin berdasarkan data yang dirinya miliki.

“Per kemarin itu positivity rate di angka 11,4 persen. Seven-day moving average, jadi dalam rata-rata tujuh hari, positivity rate kita di 11,4. Itu angka yang cukup tinggi karena di luar batas aman yang ditetapkan oleh WHO, di atas 5 persen,” ucap dia.

Oleh karenanya, pelaksanaan HUT ke-77 harus berpedoman dengan protokol kesehatan yang ketat agar kondisi jauh lebih baik.

Ia mengatakan penerapan protokol kesehatan justru harus lebih diperkuat saat kondisi jauh lebih baik karena sejumlah indikator COVID-19 saat ini menunjukkan tren yang jauh lebih rendah dibandingkan dua varian sebelumnya.

“Walaupun sekarang cenderung mulai turun lagi, tapi jumlah yang dirawat itu kecil. Jadi kalau pada saat Delta dulu itu orang yang dirawat sampai di atas 70 persen (BOR), kemudian saat Omicron di atas 40 persen, sekarang itu sekitar enam persen,” kata Sonny.

Sonny menambahkan laju tren yang lebih baik tidak boleh diremehkan. Adapun situasi bisa terkendali, itu semua dikarenakan imunitas masyarakat yang semakin membaik.

Dengan demikian, Sonny meminta semua pihak untuk tidak lengah terhadap kondisi yang lebih baik dari dua tahun sebelumnya.

Sebab penerapan protokol kesehatan dalam masyarakat tidak dapat maksimal dilakukan, bila pihak institusi ruang publik seperti tempat wisata justru mengendurkan tata protokol kesehatan yakni mengukur suhu tubuh dengan teliti dan tepat, memastikan penggunaan Aplikasi Peduli Lindungi berjalan pada setiap individu serta mendirikan wastafel untuk mencuci tangan di sejumlah titik.

“Kesadaran harus kesadaran sosial bersama, tidak hanya satu atau dua orang saja,” ujar Sonny.*

Baca juga: Epidemiolog: Perlu terus tingkatkan ketaatan pemakaian PeduliLindungi

Baca juga: Dinkes Kepri: Capaian vaksinasi dosis empat nakes sudah 50 persen

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022