Jakarta (ANTARA) - Tingkat inflasi di Spanyol naik menjadi 10,8 persen pada Juli 2022, tertinggi dalam 38 tahun, menurut data yang dirilis oleh Lembaga Statistik Spanyol (INE) pada Jumat (12/8).
Sedangkan data dari lembaga yang sama menyebutkan bahwa pada Juni 2022, inflasi mencapai 10,2 persen.
INE menghubungkan naiknya inflasi tersebut dengan kenaikan harga listrik, ditambah dengan kenaikan harga untuk makanan dan minuman non-alkohol.
Data baru tersebut mengonfirmasi prediksi awal INE yang dibuat pada 29 Juli dan menunjukkan bahwa inflasi saat ini berada di level tertinggi di Spanyol sejak September 1984.
Sebagai dampaknya, warga Spanyol merasakan kenaikan harga yang signifikan untuk telur, susu dan produk susu lainnya, serta daging, roti dan sereal.
Statistik menunjukkan kenaikan harga berkelanjutan sejak awal 2021. Tingkat inflasi, yang masih berada di angka 0 persen pada Februari tahun lalu, naik secara konsisten terutama karena naiknya harga energi.
Hingga akhir tahun lalu, disebutkan bahwa indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) berada di level 6,5 persen.
Inflasi terus naik pada awal tahun ini dan melonjak menjadi 9,8 persen pada Maret, bertepatan dengan dimulainya konflik Rusia-Ukraina, dan terus meningkat hingga level saat ini kecuali pada April.
Pemerintah Spanyol telah coba mengatasi kenaikan harga energi dengan menurunkan pajak pertambahan nilai pada tagihan energi dan mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa yang memungkinkan untuk membatasi dampak harga gas pada tarif listrik, serta pembiayaan berupa pengurangan 20 sen per liter untuk harga bensin.
Namun, dengan kekeringan parah yang kemungkinan akan memengaruhi hasil pertanian termasuk zaitun, buah dan sayuran, harga pangan akan terus naik dalam beberapa bulan mendatang, menurut laporan media lokal.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022