"Patut kiranya kita meneladani dan bertekad untuk melanjutkan kiprah dan peran beliau yang demikian besar tersebut," kata Wapres pada acara pengajian Perayaan Ulang Tahun ke-57 Ma'had Darul Qur'an wal Hadits Al-Majidiyyah Asy-Syafi'iyah Nahdlatul Wathan (MDQH NW), yang disampaikan secara daring dari Jakarta, Minggu.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan ulama besar yang memiliki peran penting dalam perkembangan dakwah Islam, pendidikan, dan nasionalisme, terutama di Nusa Tenggara Barat.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga pendiri Nahdlatul Wathan, yang kini berkembang sebagai ormas Islam terbesar di NTB, pelopor pendidikan dan pengajaran agama Islam berbasis madrasah di NTB, pejuang yang gigih melawan kolonialisme, serta tokoh yang senantiasa memperjuangkan kesejahteraan umat hingga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Baca juga: Wapres: Pesantren harus jadi integrator pengembangan ekonomi rakyat
Menurut Ma'ruf, MDQH NW menjadi gambaran nyata atas kiprah kebangsaan dan kemasyarakatan dari sosok Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. MDQH NW tidak hanya sebagai tempat untuk mencetak ahli agama, melainkan juga untuk mendidik para penggerak masyarakat sekaligus menggembleng para pejuang yang gigih membela Tanah Air.
"Semua kiprah kebangsaan dan kemasyarakatan yang beliau lakukan tersebut berakar dari pemahaman yang mendalam terhadap ajaran agama. Hal itu tergambar dalam profil ma’had yang beliau dirikan ini," ujarnya.
Dia juga menyampaikan tantangan kebangsaan dan kemasyarakatan yang dihadapi MDQH NW saat ini bukan lagi dalam konteks mengusir penjajahan, melainkan dalam memerangi kemiskinan dan kesenjangan sosial melalui pemberdayaan ekonomi umat.
Oleh karena itu, Wapres mendorong MDQH NW terus melakukan pemberdayaan masyarakat, khususnya di bidang ekonomi.
Menutup sambutannya, Wapres berharap milad ke-57 MDQH NW dapat menggelorakan semangat perjuangan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam membangun bangsa dan masyarakat.
Baca juga: Wapres Ma'ruf ingin banyak pesantren di Kalsel gabung ke OPOP
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022