Semarang (ANTARA News) - Menjelang peringatan hari Bahasa Ibu Internasional 14 Februari 2009, bahasa Jawa yang merupakan bahasa daerah semakin ditinggalkan masyarakatnya. "Sebagai bahasa ibu, bahasa Jawa secara kualitas baik-baik saja, namun secara kuantitas penggunaan bahasa Jawa mulai memudar," kata pakar ilmu budaya dari Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang, Trias Yusuf PUT di Semarang, Jumat. Trias menjelaskan faktor pendidikan baik di keluarga maupun sekolah serta media menyebabkan kuantitas bahasa Jawa mulai menurun dalam masyarakat. Ia mengatakan, dari tingkat terendah yaitu keluarga, penggunaan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi antara orang tua dengan anak sudah dianggap remeh di lingkungan sekitar. "Hasilnya bisa kita lihat, orang tua lebih banyak mendidik anak mereka berbahasa Indonesia atau mempelajari bahasa asing daripada mengajarkan anak berkomunikasi dengan bahasa Jawa," katanya. Padahal, katanya, keluarga adalah fondasi awal sebagai upaya pelestarian bahasa ibu sebelum masuk ke tahap selanjutnya yaitu pada tingkat pendidikan formal. "Sebab di sekolah-sekolah sekarang, bahasa Jawa hanya menjadi suatu mata pelajaran yang kedudukannya sama dengan mata pelajaran lain seperti matematika," jelasnya. Oleh karena itu, menurut dia, anak-anak yang menjadi penerus budaya hanya akan merasa terpaksa mempelajari dan menggunakan bahasa Jawa. Faktor selanjutnya, adalah peran media dalam memopulerkan bahasa Jawa dalam masyarakat sangat kurang. Ia mengatakan, sekarang tidak banyak media berbahasa Jawa, padahal media merupakan alat penyebar yang efektif. "Popularitas budaya Jawa di media massa tidak terbentuk," kata pengajar bahasa Jawa Kuno dan Sansekerta ini.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009