Bandung (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) meminta kepada pemerintah untuk memberikan insentif pajak kepada bank yang akan melakukan merger. "Kita sudah sampaikan ke pemerintah bahwa ada yang bisa diberikan kepada bank-bank yang akan merger supaya mulus konsolidasi perbankannya," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Siti Ch Fadjrijah dalam pelatihan wartawan ekonomi dan perbankan di Bandung, Jumat.Dijelaskannya, permintaan BI bukan saja dalam hal insentif merger tetapi juga hal-hal lain terkait perkembangan perbankan seperti yang direncanakan dalam arsitektur perbankan Indonesia (API)."Selain kita mendorong-dorong bank agar merger, kita mencari dukungan pemerintah. Kalau pemerintah mendukung dengan insentif pajak, itu akan bagus sekali," katanya.Khusus pembahasan insentif pajak untuk merger bank, menurut Siti, sudah dibahas dalam tim gabungan antara BI dan Depkeu yang dikoordinasi oleh Menko Perekonomian.Dalam salah satu pembahasan dengan pihak Ditjen Pajak, lanjutnya, menyebutkan bahwa pungutan pajak dalam merger bank ada beberapa jenis. "Menurut teman-teman dari Ditjen Pajak sebagian ada insentif yang bisa diberikan tetapi ada juga yang tidak," katanya.Kelanjutan pembicaraan ini, katanya, akan terus dibicarakan oleh tim ini termasuk menyesuaikan kebutuhan BI dan pemerintah terutama hal-hal yang tidak mendukung pertumbuhan ekonomi dan lain-lain," katanya. Dijelaskan Siti, insentif pajak ini sangat penting untuk mendorong perbankan melakukan merger dalam rangka konsolidasi, terutama dalam jangka pendek bagi 27 bank yang saat ini modalnya masih di bawah Rp80 miliar.Sementara aturan BI meminta semua bank memiliki modal minimun Rp80 miliar pada tahun 2008 dan minimal Rp100 miliar pada tahun 2010.Dikatakan Siti, dalam rencana bisnis 2006 dari 27 bank itu, ada yang sudah merencanakan untuk merger, namun sampai saat ini belum ada surat permintaan resmi untuk merger kepada BI."Ada juga yang hanya rencanakan untuk tumbuh secara organik, ada juga yang akan mencari investor. Tetapi sebagian dari bank-bank itu modalnya sudah mendekati Rp70 miliar," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006