"Itulah sebabnya BMKG bersama anggota Komisi V DPR RI bapak Sudjadi dan Pemkab Temanggung berupaya menyampaikan berbagai hal yang perlu diketahui petani tembakau terkait cuaca dan iklim agar tidak gagal panen," katanya di Temanggung, Sabtu.
Ia menyampaikan hal tersebut pada pembukaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) operasional BMKG Komoditas Tembakau di Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung.
Dwikorita mengatakan dengan memantau informasi cuaca yang dikeluarkan BMKG bisa diketahui perkiraan enam hari ke depan tentang cuaca, kelembaban, dan angin.
"Jangan sampai mau menjemur tembakau malah udara kencang, udara lembab, tidak bisa kering malah terbang ditiup angin. Ini semua akan dibahas dalam diskusi SLI juga praktik di lapangan agar para petani bisa berdaya menyikapi kondisi saat ini," katanya.
Baca juga: Kepala BMKG: Perubahan iklim ancam ketahanan pangan Indonesia
Baca juga: Sekolah lapang iklim upaya BMKG dukung ketahanan pangan nasional
Ia berharap dengan SLI ini para petani tembakau paham dan mampu membaca cuaca dan pihaknya akan melengkapi informasinya secara digital. Jadi pertanian cerdas agar tahu dari informasi digital, bisa tahu kondisi cuaca enam hari ke depan, setiap harinya seperti apa, bahkan setiap jam atau tiga jam seperti apa.
Dengan demikian, para petani bisa menyusun perencanaan kapan mulai menanam, bagaimana pola tanamnya, kapan mulai memanen dan diharapkan dapat menghindari terjadinya gagal panen akibat cuaca ekstrem, karena bisa dideteksi secara dini untuk mengantisipasinya.
Bupati Temanggung M. Al Khadziq dalam sambutan tertulis yang disampaikan Sekda Kabupaten Temanggung Hary Agung Prabowo mengatakan SLI merupakan upaya BMKG untuk mendukung ketahanan pangan nasional yang menjadi program dari Presiden Joko Widodo supaya bangsa Indonesia tetap menyediakan pangan.
Ia menyebutkan pada kesempatan ini SLI diikuti 25 petani, yakni dari Desa Wonosari 10 orang, Desa Pandemulyo 5 orang, Wonotirto 5 orang, dan Desa Pagergunung 5 orang.
Khadziq berharap pelaksanaan SLI operasional pendamping komoditas tembakau yang dilaksanakan di Desa Wonosari ini dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan petani dalam memantapkan informasi iklim guna melakukan antisipasi dampak fenomena iklim ekstrem terhadap komoditas tembakau.
Baca juga: BMKG gencarkan edukasi petani lewat SLI guna perkuat ketahanan pangan
Ia berharap dengan SLI ini para petani tembakau paham dan mampu membaca cuaca dan pihaknya akan melengkapi informasinya secara digital. Jadi pertanian cerdas agar tahu dari informasi digital, bisa tahu kondisi cuaca enam hari ke depan, setiap harinya seperti apa, bahkan setiap jam atau tiga jam seperti apa.
Dengan demikian, para petani bisa menyusun perencanaan kapan mulai menanam, bagaimana pola tanamnya, kapan mulai memanen dan diharapkan dapat menghindari terjadinya gagal panen akibat cuaca ekstrem, karena bisa dideteksi secara dini untuk mengantisipasinya.
Bupati Temanggung M. Al Khadziq dalam sambutan tertulis yang disampaikan Sekda Kabupaten Temanggung Hary Agung Prabowo mengatakan SLI merupakan upaya BMKG untuk mendukung ketahanan pangan nasional yang menjadi program dari Presiden Joko Widodo supaya bangsa Indonesia tetap menyediakan pangan.
Ia menyebutkan pada kesempatan ini SLI diikuti 25 petani, yakni dari Desa Wonosari 10 orang, Desa Pandemulyo 5 orang, Wonotirto 5 orang, dan Desa Pagergunung 5 orang.
Khadziq berharap pelaksanaan SLI operasional pendamping komoditas tembakau yang dilaksanakan di Desa Wonosari ini dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan petani dalam memantapkan informasi iklim guna melakukan antisipasi dampak fenomena iklim ekstrem terhadap komoditas tembakau.
Baca juga: BMKG gencarkan edukasi petani lewat SLI guna perkuat ketahanan pangan
Baca juga: Sekolah Lapang Iklim warnai Hari Meteorologi Dunia di lereng Sumbing
Baca juga: Petani dan nelayan kelompok paling terdampak fenomena perubahan iklim
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022