Pamekasan (ANTARA) - Satu hati kami di sini
Satu hati kami bernyanyi
Satu hati kami berdiri untuk Madura
Satu hati kami di sini
Satu hati kami bernyanyi
Satu hati kami berdiri untuk Madura

Kami di sini slalu mendukungmu
Jadilah nomer satu
Sporter Madura selalu di sini
Untukmu Maduraku.

Ayo Madura, Ayo Madura, Madura kebanggaan
Ayo Madura, Ayo Madura, 2x Madura juaranya

Bait-bait lagu nyanyian suporter berjudul "Madura Kebanggaanku" menggema sesaat setelah wasit meniup peluit, mengawali babak kedua antara Madura United FC dengan Persik Kediri di Stadion Gelora Madura Ratu Pamelingan Pamekasan pada 6 Agustus 2022.

Iringan musik drumband suporter klub yang memenuhi stadion, menambah suasana semakin meriah. Paduan suara dari ribuan orang di tribun stadion sisi barat seolah membuat pemain klub sepakbola berjuluk "Laskar Sape Kerrap" ini termotivasi untuk bisa memenangi laga tersebut.

Tak lama berselang, tiba-tiba kain berwarna merah putih berukuran 1x3 meter masing-masing enam lembar membentang di antara kerumunan ribuan suporter yang sedang menyanyikan lagu "Madura Kebanggaanku" itu.

Dari tribun tim media, terlihat kain merah putih itu seperti bendera yang sedang dibentangkan dengan terpaan angin kencang, meski di antara dua warna, yakni merah dan putih terpisah.

Tarian suporter senior Husen, yang menjadi ikon suporter klub sepakbola itu, serasa menambah suasana semakin asyik dan meriah.

Baca juga: Pemkab Pamekasan bagikan 641 bendera untuk memeriahkan Kemerdekaan RI

Baju tradisional Madura dengan kaos loreng merah putih, yang biasa digunakan kakek berusia 70 tahun ini seolah menambah wibawa aksi suporter klub sepakbola ini saat menjamu tim Persik Kediri.

Bagi Husen, dukungan suporter sangat berarti, sebagai upaya menguatkan mental pemain saat bertanding di lapangan. Fisik yang kuat, salah satunya dari mental yang kuat pula. Karena itu, yel-yel dukungan dalam bentuk lagu, sorak sorai, tepuk tangan, merupakan sebagian upaya menggugah semangat dan mental pemain.

Laga di pekan ketiga antara Madura United melawan Persik Kediri kali ini menorehkan kesan berbeda, karena bertepatan dengan bulan kemerdekaan bangsa Indonesia, yakni Agustus, agar semangat juang klub lebih terpacu.

Media pemersatu

Bagi Husen, sepakbola bukan hanya sebatas olahraga akan tetapi juga bisa menjadi media atau sarana pemersatu bangsa.

Menang dalam kompetisi memang menjadi keinginan semua tim, akan tetapi persahabatan dan persaudaraan merupakan tujuan.

Kebersamaan, kekompakan, dan kerja sama dengan peran berbeda antarpemain dalam satu tim, merupakan implementasi dari nilai gotong royong yang tercermin dari landasan ideologis bangsa, yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Peran dan strategi, serta kerja sama yang dalam nilai-nilai tradisi budaya bangsa disebut dengan istilah gotong royong ini diyakini Husen dan para suporter lainnya akan menentukan keberhasilan tim dalam menaklukkan lawan tanding dalam sebuah kompetisi.

Pada konteks Madura, kebersamaan antarsuporter klub ini termanifestasi dalam bentuk kelompok suporter berbeda, di antara empat kabupaten di Pulau Madura, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.

Suporter Madura United FC dari Kabupaten Bangkalan bernama Kaconk Mania, dari Sampang Trunojoyo Mania, di Pamekasan bernama Taretan Dhibik, sedangkan suporter Madura United FC dari Kabupaten Sumenep bernama Pecot Mania.

Semua komunitas suporter ini, bersatu dalam naungan suporter Madura United, sedangkan keragaman kelompok suporter itu yang menjadikan klub pendukung klub sepakbola lebih berwarna.

Baca juga: Pemkab Manggarai gelar misa jelang HUT ke-77 RI

Keragaman pendukung dari empat kabupaten dengan nama kelompok suporter berbeda sesuai dengan karakter daerah masing-masing ini yang menjadikan Madura United FC terlihat lebih plural dibandingkan dengan klub-klub sepakbola lainnya di kasta Liga 1 Indonesia.

Kemampuan mengelola suporter dari komunitas berbeda dari daerah/kabupaten yang berbeda pula dalam satu naungan klub, menurut akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura Esa Arif AS, M.I.Kom, seolah merepresentasikan klub ini seperti miniatur Indonesia, yakni berbeda dalam persatuan.

Esa juga menilai bahwa gagasan para suporter memanfaatkan momentum pertandingan dalam berupaya menggelorakan nuansa HUT Kemerdekaan RI, sebagaimana para suporter Madura United FC merupakan bentuk kesadaran kolektif bahwa klub ini merupakan bagian dari Indonesia dan berkepentingan dalam merawat, menata, dan mengelola bangsa ini dalam bentuk semangat juang sebagaimana telah dilakukan para pendahulu bangsa ini.

Kesadaran sistemik di kalangan suporter untuk bergerak bersama memulihkan kondisi bangsa yang sedang terpuruk akibat pandemi COVID-19 agar bisa pulih lebih cepat, dan bangkit lebih kuat sebagaimana tema HUT Kemerdekaan RI kali ini merupakan dasar kuat dalam mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan dan mengokohkan persatuan melalui dunia sepakbola.

Hal ini tentu sejalan dengan cita-cita ideal manajemen klub yang menginginkan agar Madura United FC bisa menjadi sarana dan media efektif bagi masyarakat Madura dalam membangun bangsa ke arah yang lebih baik melalui platform bersatu dalam keragaman.

Madura merupakan bagian dari Indonesia. Oleh karena itu, semangat kebangsaan dan keindonesiaan kita harus bisa tertata dan terbangun melalui klub sepakbola yang menjadi kebanggaan masyarakat Madura ini, kata Presiden Klub Madura United FC Achsanul Qosasi dalam sebuah kesempatan.

Dengan demikian, semangat kebangsaan serta suasana kebatinan yang dialami bangsa ini, harus juga dirasakan oleh para suporter dan penggemar klub.

Salah satunya, ikut menyemarakkan nuansa perayaan kemerdekaan bangsa dalam setiap momen pertandingan, terutama saat laga kandang, seperti ketika Madura menjadi Persik Kediri pada 6 Agustus 2022.

Baca juga: Karnaval HUT Kemerdekaan RI ke-77 digelar di Nduga-Papua
Baca juga: Istana pastikan formasi Paskibraka lengkap di Upacara HUT RI
Baca juga: Pemkab Pasaman Barat bagikan bendera ke masyarakat meriahkan HUT RI

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022