Jakarta (ANTARA) - Gabungan peneliti China dan dari sejumlah negara mengungkapkan efek kenaikan suhu di malam hari pada angka kematian. Temuan mereka tersebut dipublikasikan di jurnal Lancet Planetary Health.
"Dampak kesehatan dari pemanasan iklim biasanya diukur berdasarkan suhu rata-rata harian, namun risiko kesehatan tambahan yang ditimbulkan dari malam yang panas masih belum banyak dipelajari," kata Kan Haidong, profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Fudan.
Para peneliti mengumpulkan data kematian historis di 28 kota di China, Korea Selatan, dan Jepang dari 1981 hingga 2010, dan memilih kelebihan malam panas (hot night excess/HNE) untuk mewakili intensitas cuaca panas malam hari, yang dihitung sebagai jumlah berlebih dari suhu tinggi pada malam hari.
Mereka kemudian memeriksa hubungan antara HNE dan kematian di setiap kota dengan menggunakan model aditif tergeneralisasi, menurut makalah tersebut.
Analisis deret waktu menunjukkan bahwa HNE secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko kematian. Risiko kematian relatif pada hari-hari dengan malam yang panas dapat mencapai 50 persen lebih tinggi dibandingkan pada hari-hari dengan malam yang tidak panas, urai makalah itu.
"Temuan kami menunjukkan peran yang meningkat dari kenaikan suhu malam hari pada efek kesehatan terkait panas dalam iklim yang berubah," kata Kan, demikian Xinhua dikutip Jumat.
Baca juga: BMKG: Cuaca panas hingga 35 derajat Celsius landa Kota Medan
Baca juga: Cuaca terik landa Jepang, suhu udara capai sekitar 40 derajat Celsius
Baca juga: Gelombang panas landa China dari timur ke barat
Penerjemah: Xinhua
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022