Yogyakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian berharap "Deklarasi Bulaksumur Penguatan Penyuluh Pertanian" di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis, mampu membangkitkan kekuatan seluruh penyuluh pertanian di Tanah Air.
"Ternyata tekad pertama ini dideklarasikan di Bulaksumur, di UGM. Ini berita yang baik untuk kita angkat sehingga nyawa atau semangat dari penyuluh dan penyuluhan di seluruh Tanah Air bisa terus meningkat sehingga produktivitas pertanian kita bisa meningkat signifikan," kata Kepala Badan SDM Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi seusai deklarasi.
Deklarasi Bulaksumur dibacakan oleh civitas academica UGM sebagai dukungan percepatan implementasi Perpres Nomor 35 Tahun 2022 mengenai penguatan penyuluh pertanian.
Dengan deklarasi itu diharapkan peran penyuluh lebih efektif, tepat sasaran, dan berhasil meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani.
Dedi menuturkan bahwa kualitas SDM penyuluh pertanian sejatinya merupakan kekuatan utama untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.
Kekuatan penyuluh, kata dia, sudah dibuktikan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, di mana penguatan SDM itu mampu mendongkrak produktivitas beras nasional dari 2,8 ton per hektar menjadi 4,9 ton per hektare.
"Ada peningkatan yang luar biasa dan sudah terbukti, kita dari negara importir beras terbesar di dunia menjadi swasembada sehingga Pak Harto mendapatkan penghargaan yang luar biasa dari FAO (organisasi pangan dan pertanian PBB)," ujar dia.
Ia mengakui peran penyuluh mulai menurun dan kelembagaan penyuluh pertanian yang dulu ada di setiap provinsi hingga kabupaten pun hilang setelah masa reformasi.
Terbitnya Perpres Nomor 35 Tahun 2022 yang kemudian diikuti Deklarasi Bulaksumur, Dedi berharap bisa menjadi momentum bangkitnya penyuluh penyuluh pertanian.
"Dengan lahirnya Perpres 35 Tahun 2022 ini mengenai penguatan penyuluh pertanian kita bertekad lagi, kita genjot lagi penyuluh kita di seluruh pelosok Tanah Air," ucap dia.
Jumlah penyuluh pertanian di seluruh Indonesia saat ini tercatat sebanyak 39.000 orang yang terdiri atas penyuluh ASN dan THL. Sedangkan penyuluh swadaya sekitar 27.000 orang.
Dedi meyakini dengan bangkitnya penyuluh pertanian, produktivitas padi di Indonesia yang kini rata-rata masih 5,1 sampai 5,2 ton per hektare dapat meningkat menjadi 6,0 ton per hektare.
"Saya yakin dalam waktu tidak terlalu lama 10 tahun seperti dulu zaman Orde Baru dulu 10 tahun bisa meningkat dua kali. Ya jangan dua kali lah, terlalu repot sekarang dari 5,2 ton menjadi 6,0 ton saja dulu," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut penyuluh pertanian sebagai "kopassusnya" pertanian menjadi tonggak utama pembangunan pertanian melalui Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) di seluruh Indonesia.
"Penyuluh adalah ujung tombak dari seluruh kebijakan dan arah pertanian, penyuluh adalah Kopassus, orang terdepan yang membangun informasi sekaligus menerapkan kebijakan dan melakukan langkah monitoring," kata Syahrul.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022