Jakarta (ANTARA) - Uni Eropa (EU) dan Azerbaijan pada Senin (18/7) menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang kemitraan strategis di bidang energi untuk pasokan gas dari Azerbaijan ke Eropa pada 2027.

Menurut rilis pers Kedutaan Besar Azerbaijan di Jakarta pada Kamis, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev memuji kerja sama tersebut dan menilainya sebagai proyek yang akan benar-benar mengubah peta energi Eropa.

Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa MoU tersebut membuka babak baru bagi EU dalam kerja sama energi dengan Azerbaijan.

Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Jalal Mirzayev mengatakan penandatanganan MoU itu merupakan bagian dari upaya implementasi ratifikasi Perjanjian Paris terkait pembatasan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius, dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Kerja sama kedua pihak merupakan upaya untuk mengatasi isu perubahan iklim dan implementasinya, termasuk melalui pembaruan Nationally Determined Contributions (NDCs) reguler guna mengurangi emisi gas rumah kaca pada 2030, dan merancang Strategi Pembangunan Rendah Emisi Jangka Panjang yang selaras dengan target emisi nol bersih pada 2050.

"Saya meyakini bahwa gas alam akan terus memainkan peran penting dalam hal konsumsi energi dan pembangkit listrik di Uni Eropa hingga tahun 2030," kata Jalal.

Tidak hanya itu, gas alam di masa mendatang, kata dia, juga akan terus digunakan di EU sembari menunggu penggantian secara progresif dengan komitmen netralitas iklim pada 2050.

Ia mengakui pentingnya Global Methane Pledge untuk mengurangi emisi metana secara kolektif sedikitnya 30 persen pada 2030. Oleh karena itu, beberapa langkah penting perlu diambil untuk mengurangi emisi metana di seluruh rantai pasokan.

Jalal mengatakan sejak Azerbaijan menghasilkan gas alam fosil dan negara-negara EU mengimpornya, kedua pihak mengakui bahwa tanggung jawab kolektif yang harus diemban adalah menjadikan rantai pasokan tersebut efisien, ramah lingkungan dan ramah iklim.

"Menurut saya, penting mengakui adanya listrik hijau dalam menanggulangi pemanasan global dan mitigasi perubahan iklim, serta untuk meningkatkan keamanan dan ketahanan wilayah sistem energi," katanya.

Tidak hanya itu, ia juga menekankan pentingnya mempertimbangkan potensi kerja sama dalam energi terbarukan dan area efisiensi energi, termasuk pertukaran listrik.

Ia menegaskan bahwa Azerbaijan dan EU berkomitmen untuk saling menghormati dan mendukung wilayah integritas, batas-batas internasional yang tidak dapat diganggu gugat, kemerdekaan, dan kedaulatan satu sama lain, termasuk semua negara anggota EU, serta prinsip hubungan bertetangga yang baik.

Jalal menambahkan bahwa kerja sama dalam kemitraan strategis di sektor energi itu dilakukan untuk memfasilitasi transportasi, perdagangan dan ekspor gas alam, serta energi hijau ke EU dan untuk meningkatkan kerja sama dalam transisi energi masing-masing.

"Nantinya pengiriman gas alam Kaspia ke Uni Eropa juga berpotensi dikirim ke negara-negara Balkan Barat guna mendukung perluasan Koridor Gas Selatan untuk meningkatkan diversifikasi pasokan sesuai dengan komersial kelangsungan hidup dan permintaan pasar," katanya.

Selain itu, Azerbaijan dan EU juga mendukung perdagangan bilateral gas alam, termasuk ekspor ke EU melalui Koridor Gas Selatan sedikitnya 20 miliar meter kubik gas setiap tahun pada 2027, sesuai dengan kelayakan komersial dan permintaan pasar.

Baca juga: Pasokan gas Azerbaijan ke Eropa meningkat 24 persen
Baca juga: Uni Eropa harapkan peningkatan pasokan gas dari Azerbaijan 2022

Pewarta: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022