Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan menurunkan produktivitas seseorang
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa terjadinya kekerdilan pada anak (stunting) dapat memberikan pukulan besar bagi laju pertumbuhan perekonomian bangsa Indonesia.
“Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit dan dapat menurunkan produktivitas seseorang,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Kamis.
Hasto mengatakan stunting bisa memperlambat laju pertumbuhan ekonomi negara karena penduduk menjadi tidak produktif, meningkatkan kemiskinan keluarga dan ketimpangan sosial.
Produk Domestik Bruto (GDP) negara dapat mengalami kerugian hingga 11 persen pendapatan orang dewasa bahkan mampu berkurang sebanyak 20 persen.
“Tidak hanya itu, jurang kesenjangan sosial juga semakin terbuka lebar akibat stunting dan mengurangi 10 persen dari total pendapatan seumur hidup, serta timbulnya kemiskinan antar generasi,” kata Hasto.
Data Organization for Economic Cooperation and Development-Programme for International Student Assessment (OECD-PISA) tahun 2012 menyebutkan bahwa tingkat kecerdasan anak Indonesia ada di urutan ke 64 terendah dari 65 negara.
Peringkat tersebut didapati, setelah OECD-PISA melakukan penelitian kepada 510.000 pelajar usia 15 tahun di 65 negara yang meliputi bidang membaca, matematika, dan science.
Baca juga: Bappenas: Transformasi inklusif dan berkelanjutan prioritas RKP 2023
Baca juga: Bank Dunia kagumi cara Indonesia tangani kasus kekerdilan anak
Sedangkan kondisi di Indonesia sendiri, angka prevalensi stunting masih 24,4 persen. Artinya bila masalah itu tidak segera diselesaikan sejak masa anak-anak, maka potensi terganggunya perekonomian bangsa semakin besar.
Hasto menambahkan BKKBN sedang menjalankan berbagai intervensi melalui pendampingan keluarga yang dimulai sejak calon pengantin, ibu hamil, setelah melahirkan hingga program prioritas bagi anak usia 0-2 tahun untuk mencegah lahirnya bayi stunting baru.
Pendampingan pada calon pengantin diberikan dengan peningkatan eduksi kesehatan seperti mengurangi kebiasaan merokok dan menjaga pola makan guna menghasilkan sperma berkualitas unggul 75 hari sebelum melangsungkan pernikahan.
Calon ibu juga akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan tiga bulan sebelum menikah yang meliputi pemeriksaan lingkar lengan atas, berat dan tinggi badan serta kadar hemoglobin (Hb) dalam darah.
Hasto berharap semua keluarga di Indonesia dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui hidup produktif, sehat dan terbebas dari stunting. Selain stunting, diharapkan pula risiko kematian ibu dan bayi dapat berkurang.
“Semua hal tersebut sangat penting menjadi perhatian seluruh keluarga di Indonesia, supaya dapat menghasilkan kehamilan berkualitas dan berbagai masalah mendapatkan penanganan langsung oleh pihak medis sejak awal,” kata dia.
Baca juga: Bandung jadi kota pertama "roadshow" penurunan stunting BKKBN-TNI
Baca juga: BKKBN minta seluruh keluarga harus paham indikator penyebab stunting
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022