Jakarta (ANTARA) - Pemerintah menargetkan penanaman 1 juta kelapa genjah di lahan-lahan tidak produktif, kata Presiden Joko Widodo di Desa Giriroto, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis.

"Ini baru dimulai di sini. Nanti di provinsi-provinsi yang kelapa itu bisa tumbuh baik akan kami tanami. Targetnya kurang lebih 1 juta kelapa genjah," kata Jokowi saat meninjau pengembangan tanaman kelapa genjah di Boyolali, Jawa Tengah, Kamis.

Jokowi menyebutkan Pemerintah mengalokasikan 46.000 bibit kepala genjah untuk area area Solo Raya dan Boyolali, 44.000 bibit untuk Karanganyar, dan 110.000 bibit untuk Sukoharjo.

Kebijakan pengembangan tanaman kelapa genjah itu, lanjutnya, merupakan salah satu upaya Pemerintah mengantisipasi situasi dunia yang sedang dilanda krisis pangan.

"Tiga ratus juta orang lebih sekarang ini berada pada kekurangan pangan akut dan kelaparan. Di beberapa negara sudah mulai dan diperkirakan kalau tidak ada solusi bisa masuk ke 800 juta orang akan kekurangan pangan dan kelaparan," jelasnya.

Baca juga: Presiden Jokowi tanam macadamia bersama masyarakat Desa Simangulampe

Pemanfaatan lahan tidak produktif juga menjadi upaya untuk mengantisipasi krisis pangan, kata Jokowi. Misalnya, untuk kebutuhan cabai, masyarakat bisa menggalakkan menanam di pekarangan rumah masing-masing dengan menggunakan media tanam polybag.

"Sehingga, tidak ada yang namanya kita ini kekurangan cabai atau harga cabai naik drastis," tambahnya.

Khusus untuk kelapa genjah, Jokowi mengatakan setiap tanaman itu bisa memproduksi sekitar 180 buah per tahun.

"Itu bisa dibuat gula semut, bisa dibuat minyak kelapa, yang juga bisa dijual buahnya untuk minuman segar," ujar Presiden.

Selain di Desa Giriroto, Boyolali, Jokowi juga melakukan peninjauan pengembangan kelapa genjah sekaligus melakukan penanaman kelapa genjah dan tanaman sela di Desa Sanggang, Sukoharjo. Turut mendampingi Presiden dalam rangkaian kegiatan tersebut ialah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Baca juga: Presiden Jokowi akan tinjau pengembangan kelapa genjah di Jawa Tengah

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022