Jakarta (ANTARA) - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro mengingatkan seluruh bangsa Indonesia memiliki hak memilih dalam pemilu dan mempunyai tanggung jawab moral tinggi dalam memilih pemimpin terbaik.

“Penting bagi warga negara untuk memilih, tetapi tidak berhenti di situ. Warga negara memiliki tanggung jawab moral tinggi ketika memilih karena kan niatnya ingin memiliki calon pemimpin yang betul-betul berpihak pada negara kita, memajukan negara kita, memahami betul konstitusi untuk mencerdaskan, dan menyejahterakan rakyat,” kata Siti dalam diskusi Radio Idola Semarang bertajuk “Bagaimana agar Euforia Penetapan Bakal Capres Tidak Menjadi Pepesan Kosong Buat Pemilih”, sebagaimana dipantau di Jakarta, Rabu.

Dengan demikian, menurut dia, warga negara Indonesia tidak sepatutnya memilih pemimpin tidak memiliki kemampuan untuk berpihak kepada negara, memajukan Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menyejahterakan masyarakat.

Baca juga: Peneliti: Pemilu 2024 momentum putus mata rantai praktik buruk pemilu

Di samping itu, menurut Siti, calon pemimpin yang memiliki rekam jejak pelanggaran etika dan hukum tidak bisa dipilih dalam pemilu.

“Apalagi, maaf, ternyata dia memang mempunyai catatan-catatan melanggar etika, hukum, seperti korupsi, itu tidak bisa dipilih. Jadi, tidak bisa dikompromikan menurut saya,” ucap dia.

Siti mendorong partai politik agar mengusung calon pemimpin yang benar-benar memiliki beragam kelebihan dan rekam jejak yang baik untuk menjadi sosok pemimpin Indonesia yang baik, bahkan mampu mencerdaskan dan menyejahterakan masyarakat.

Baca juga: Peneliti BRIN: Perlu kerja bersama perbaiki kualitas demokrasi
Baca juga: Siti Zuhro: Orang Indonesia tidak menghendaki banyak partai


Melalui langkah tersebut, kata dia, maka masyarakat akan semakin dipermudah dalam memilih sosok pemimpin terbaik bagi Indonesia.

“Sampaikan kepada rakyat, dia punya track record (rekam jejak). Partai politik, elite politik, turunlah untuk menyampaikan track record ini sehingga dapat diseleksi dengan sendirinya oleh publik. Jadi, penolakan kita itu bukan karena like and dislike (suka dan tidak suka), tapi memang track record-nya tidak mumpuni,” ucap Siti.

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022