Jambi (ANTARA News) - Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mengungkapkan saat ini dari 60 cekungan migas yang ada di Indonesia, 22 di antaranya belum tersentuh kegiatan eksplorasi dan eksploatasi. Kepala Humas BP Migas, Amir Hamzah, dalam acara "media briefing" di Jambi, Kamis mengatakan potensi cekungan tersebut sebagian besar berada di wilayah "terpencil" yang berisiko tinggi, seperti laut dalam. Biaya eksplorasi dan eksploitasi di wilayah laut dalam memang bisa tiga kali lipat lebih mahal ketimbang di daratan. Menurut dia, potensi ke-22 cekungan cukup besar, yakni mencapai 8,5 miliar barel minyak dan 175 triliun kaki kubik gas. "Kami undang investor baik nasional maupun asing yang berminat untuk melakukan eksplorasi dan ekploitasi migas di Indonesia," katanya. Sebagian besar wilayah yang belum dikembangkan tersebut berada di Indonesia Timur, khususnya di sekitar Sulawesi, Maluku, dan Papua. Amir mengemukakan tambahan produksi migas sangat dibutuhkan bagi kegiatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah 2006 menargetkan produksi minyak 1,11 juta barel per hari atau meningkat dari produksi 2005 sebesar 1,064 juta barel per hari. Mengenai lapangan migas di Propinsi Jambi, Amir mengatakan pada 2005 tingkat produksi minyak di Jambi mencapai 33.000 barel per hari dan 180 juta kaki kubik gas per hari. Produksi minyak tersebut merupakan tiga persen dari keseluruhan produksi minyak Indonesia 2005 yang mencapai 1,064 juta barel per hari. "Memang kecil, namun Jambi merupakan salah satu daerah migas andalan," katanya. Menurut dia, kontribusi migas bagi daerah dan masyarakat Jambi selain berupa bagi hasil juga dana pengembangan masyarakat yang dikeluarkan kontraktor migas. Sesuai peraturan, bagi hasil minyak adalah 85 persen pemerintah pusat, tiga persen propinsi penghasil, enam persen kabupaten penghasil, dan enam persen kabupaten lain di sekitar daerah penghasil. Sedang, bagi hasil gas adalah 70 persen pemerintah pusat, enam persen propinsi, 12 persen kabupaten penghasil, dan 12 persen kabupaten lain di sekitar daerah penghasil. Saat ini, terdapat delapan kontraktor migas yang beroperasi di Jambi adalah PT Pertamina EP, PetroChina, Pearl Oil, Medco, ConocoPhillips, Petronas, Titaly, dan Serelaya. Lapangan migas milik Pertamina, PetroChina, Pearl Oil, dan ConocoPhillips sudah berproduksi, sedangkan lainnya masih tahap eksplorasi. Kebocoran gas Menyangkut kebocoran gas yang terjadi di lapangan gas milik PetroChina beberapa waktu lalu, Environmental, Healthy, and Safety Manager PetroChina International Indonesia, Randolf Bledoeg menjelaskan kejadian tersebut bukan merupakan kebocoran gas. Peristiwa itu merupakan fenomena biasa dalam pengeboran gas. "Itu merupakan `gas kick` atau gas liar yang terperangkap dan tidak teridentifikasi, namun tiba-tiba keluar, sehingga tidak bisa dikendalikan. Seperti balon yang tertusuk," katanya. Menurut dia, secara teknologi "gas kick" sudah diantisipasi. Namun, memang kadang kala dalam proses pengeboran hal itu sering kali terjadi. Hadir pula dalam acara tersebut Government & Public Relation Manager PetroChina International Indonesia ,Maryke PY Pulunggono dan perwakilan BP Migas Wilayah Sumbagsel, Suhartono. (*)
Copyright © ANTARA 2006