“Dalam situasi ini pembuat kebijakan harus memastikan tindakan kolaboratif untuk mengakhiri ini,” katanya dalam G20 3rd Development Working Group Side Event yang diikuti Antara di Jakarta, Senin.
Suharso menuturkan situasi geopolitik saat ini telah memperberat global yang masih berupaya memulihkan diri dari dampak berkepanjangan atau scarring effect pandemi atau pandemi COVID-19.
Menurutnya, ketegangan geopolitik telah menyebabkan terganggunya rantai pasokan dan meningkatnya harga komoditas sekaligus memberi tekanan pada inflasi global dan memperketat likuiditas global.
“Perekonomian global masih menghadapi ketidakpastian lainnya sehingga menimbulkan tantangan baru bagi jalur pemulihan global,” ujarnya.
Bahkan ketidakpastian situasi geopolitik turut berpotensi menunda berbagai transformasi pasca COVID-19 sehingga seluruh negara termasuk anggota G20 harus senantiasa memperkuat kolaborasi.
Ia menjelaskan, para pembuat kebijakan harus memastikan tindakan kolaboratif untuk mengakhiri krisis dengan mengintensifkan beragam upaya dalam rangka memelihara ekonomi global di tengah tantangan dan ketidakpastian.
Suharso menegaskan seluruh negara tidak boleh kehilangan harapan mengingat setiap krisis pasti tetap akan membawa suatu dampak positif.
Ia mencontohkan, krisis hebat pandemi COVID-19 yang menimpa seluruh negara dalam dua tahun terakhir ini pun tetap mampu membawa pelajaran berharga yaitu pentingnya diversifikasi ekonomi dan adopsi teknologi.
“Kita tidak boleh kehilangan harapan, karena selalu ada hikmahnya. Masih ada cahaya di ujung terowongan,” tegasnya.
Baca juga: Menteri PPN: Kompleksitas bawa ekonomi lebih tangguh dan berkelanjutan
Baca juga: Bank Dunia sebut Indonesia stabil jaga perekonomian kisaran 5 persen
Baca juga: Menkeu: Tahun 2023 momentum jaga pemulihan ekonomi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022