"Dana sebesar 250 juta dolar AS akan dipenuhi dari internal perusahaan, sedangkan sisanya dari eksternal," kata Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi, usai meresmikan menara base transceiver station (BTS) di Kelurahan Mentaos, Kabupaten Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat.
Hasnul memperkirakan, pada semester I tahun ini sudah tersedia dana Capex 450 juta dolar AS, yang terdiri dari 250 juta dolar dana internal dan 200 juta dolar adalah pinjaman dari Export Credit Agency (ECA) Swedia.
"Pinjaman dari ECA akan cair pada triwulan I tahun ini," ujarnya.
Dengan terpenuhinya sebagian dana Capex di semester pertama itu, pada semester kedua XL tinggal memenuhi kekurangannya yakni sekitar 200 juta hingga 250 juta dolar AS.
Hasnul tidak merinci dari mana sumber dana untuk memenuhi kekurangan dana Capex itu dan ia hanya menyatakan belum bisa ditentukan apakah dari bank atau surat utang mengingat situasi krisis saat ini yang sulit diprediksikan.
Menurut rencana, dari dana Capex 700 juta dolar AS, 90 persennya akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti BTS, jaringan kabel optik (fibre optic), perangkat teknologi microwave 3G, dan mobile switching (MSC).
Sedangkan sisanya untuk pengembangan teknologi informasi seperti sistem penagihan (billing system).
Sambil mencari pendanaan memenuhi Capex diutarakannya, perseroan juga akan melakukan lindung nilai (hedging) total utang yang jumlahnya mencapai 1,7 miliar dolar AS.
Sebanyak 50 persen utang dalam bentuk dolar akan dialihkan menjadi dalam bentuk mata uang rupiah.
Hasnul menambahkan, perseroan saat ini sedang melakukan tender penjualan 700 unit menara BTS XL, akan tetapi tidak menyebutkan nilai jual menara yang dimaksud.
Namun transaksi itu hingga kini belum rampung menyusul krisis keuangan yang mengakibatkan tiga calon pembeli menunda sementara rencana pembelian.
"Kalau tahun ini terjadi kesepakatan (jual-beli) maka dana hasil penjualan BTS itu akan digunakan sepenuhnya untuk menutup sisa capex," ujarnya.
Pada tahun 2008 jumlah pelanggan seluler XL tercatat 26 juta nomor, meningkat 67,74 persen dibanding pelanggan 2007 sebanyak 15,5 juta nomor.
"Tahun ini (2009) target penambahan pelanggan hanya sekitar empat juta nomor, turun dari tahun 2008 yang bertambah 10,5 juta nomor. Target tahun ini lebih konservatif karena menyesuaikan kondisi krisis keuangan global," ujarnya.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009