Terutama triwulan III di mana momentum kemewahan musiman, entah itu hari raya keagamaan atau event-event besar lainnya relatif jarang dan ini tentu akan berimplikasi kepada kinerja perekonomian

Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyatakan tantangan perekonomian di triwulan III dan IV tahun 2022 cukup besar.

“Terutama triwulan III di mana momentum kemewahan musiman, entah itu hari raya keagamaan atau event-event besar lainnya relatif jarang dan ini tentu akan berimplikasi kepada kinerja perekonomian,” ucapnya dalam konferensi pers secara virtual, Jakarta, Minggu.

Pada triwulan II/2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil berada di angka 5,44 persen. Capaian tersebut mendapatkan apresiasi dari Indef mengingat dari berbagai proyeksi, bahkan dari pemerintah sendiri meramalkan pertumbuhan ekonomi sedikit lebih rendah dibandingkan angka realisasi.

Menurut Eko, jika pertumbuhan ekonomi bisa dipertahankan pada triwulan III dan IV tahun 2022 di angka 5,44 persen saja sudah sangat bagus. Tetapi, lanjutnya, kemungkinan triwulan III dan IV akan lebih rendah daripada triwulan II karena tak ada momentum hari raya seperti Lebaran, hanya Natal di triwulan IV/2022.

“Lebih dari itu, tren inflasi juga meninggi dari bulan ke bulan dan itu juga akan menjadi tantangan karena inflasi menggerus daya beli dan membuat konsumsi menjadi lebih lesu kembali,” ungkap Eko.

Memasuki triwulan III/2022, dia mengharapkan empat sektor dominan yang paling berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu industri, pertambangan, pertanian dan perdagangan bisa kembali dipacu.

Hal tersebut menimbang kinerja keempat sektor itu terhadap PDB masih lamban karena hanya bertumbuh secara rata-rata yakni 4 persen year on year (yoy) atau di bawah pertumbuhan ekonomi triwulan II/2022 yang sebesar 5,44 persen yoy.

“Yang tumbuh kemarin sebenarnya sektor-sektor enabler atau pendukung, adapun sektor utamanya belum pulih banget. Ini gambaran bagaimana kalau kita tidak dorong sektor dominannya, maka rentan perekonomian,” kata Wakil Direktur Indef.

Adanya ketidakpastian global terutama perihal geopolitik, seperti perang antara Rusia dengan Ukraina, menambah tantangan perekonomian triwulan III dan IV tahun 2022.

“Belum lagi ditambah provokasi Amerika Serikat (AS) dengan datang ke Taiwan, yakni Ketua DPR-nya (Nancy Pelosi). Singkat cerita, ini menimbulkan ketidakpastian yang lebih tinggi lagi, geopolitik yang memanas tadinya hanya di Eropa sekarang bergeser ke Asia,” ujar dia.

Dari sisi keuangan, agresivitas kenaikan suku bunga acuan The Fed disebut masih bakal berlangsung sampai ada tanda-tanda tekanan inflasi di AS mereda. Paman Sam menargetkan agresivitas akan dihentikan jika inflasi AS mencapai 2 persen, sementara kini berada di posisi lebih dari 9 persen.

Dengan demikian, sebut Eko, tahun depan diperkirakan masih ada kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang kemungkinan berimplikasi terhadap volatilitas di sektor keuangan.

Baca juga: Indef: Momentum Lebaran penyelamat ekonomi di triwulan II 2022
Baca juga: BI: Akselerasi ekonomi triwulan II-2022 ditopang permintaan domestik
Baca juga: Sri Mulyani: Tantangan ekonomi RI ke depan berasal dari eksternal

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022