Pulau Mentawai (ANTARA/News) - Sejumlah turis asing terlihat begitu antusias mengarungi ombak di laut Mentawai, Sumatera Barat. Mereka terlihat tak bosan-bisannya berselancar sambil sesekali berteriak kegirangan menikmati gulungan ombak setinggi hampir dua meter itu. Berselancar di bawah gulungan ombak merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi turis mancanegara dan menjadi sebuah cerita menarik baginya. Menurut sejumlah surfer (peselancar--red) yang pernah mengunjungi Mentawai, gulungan ombak di sana tergolong terbaik di dunia, setelah Kepulauan Hawaii di Samudera Fasifik. Penelitian geologis menyebutkan potensi gulungan ombak yang besar dan bervariasi menjadi daya tari tersendiri bagi pendatang. Tidak kurang terdapat 400 spot surfing (titik selancar) yang dapat dijadikan lokasi berselancar para surfer. Jadi tidak heran, kalau beberapa turis memuji keunggulan ombak Mentawai, seperti tertera dalam sejumlah situs. Hal itu berdampak terus meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke pulau yang berada di tengah laut Samudera Indonesia itu. Mentawai pernah dua kali menjadi lokasi penyelenggaraan "International Surfing Contest" yang diikuti oleh sejumlah peselancar dunia. Richard, wisatawan asal Australia, mengatakan dirinya rela menghabiskan uangnya untuk berselancar di Mentawai yang memiliki kekayaan laut terbaik di Indonesia itu. Kekayaan laut yang melimpah, serta keunikan budaya dan tradisinya pun menjadi daya tarik tersendiri bagi sejumlah wisatawan yang berkunjung ke Mentawai. Potensi laut Selain gulungan ombak yang menakjubkan, kekayaan laut Mentawai juga menawarkan keindahan tersendiri bagi pelancong. Betapa tidak, laut biru yang tenang serta taman bawah laut yang indah, menjadi surga tersendiri bagi penyelam. Sebanyak 5.654 juta ikan hias dari berbagai jenis berkeliaran di sela-sela terumbu karang di bawah laut, apalagi jika diterpa sinar matahari kilauan karang itu menimbulkan pesona tersendiri. Keindahan laut Mentawai, menurut Kepala Dinas Pariwisata Drs. Kurnia Sakarebau, melebihi laut di Pulau Bali sekalipun, karena memang letaknya berada di laut lepas wilayah Samudera Indonesia. Posisi itu, menurut dia, membuat Mentawai kaya dengan sejumlah biota laut, serta spesies terumbu karang dan ribuan jenis ikan. Apalagi laut sana masih tergolong bersih dari aneka pencemaran. Produksi ikan tuna merlin, cakalang, tongkol dan tenggiri daerah ini mencapai 127.721 ton setiap tahun. Tidak hanya ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil (kembung, teri, sarden) hasilnya mencapai 79.001 ton per tahun. Selain itu juga ada ikan mersal, yakni jenis ikan karang, yang produksinya bisa mencapai 62.950 ton per tahun. Produksi udang jenis barong dan lobsternya pun mencapai 587,8 ton per tahun. Kemudahan Izin Guna menarik investor, Pemerintah Kabupaten Mentawai telah mengambil kebijakan untuk memberikan kemudahan izin bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di daerah itu. Bupati Mentawai Edison Saleleubaja meyebutkan bahkan ada beberapa unit resort yang pengurusan izinnya bisa dilakukan belakangan. Menurut dia, hal itu harus dilakukan, mengingat minimnya kemampuan pemerintah daerah untuk mengembangkan sejumlah potensi wisata daerah itu. Selama ini, PAD Mentawai masih tergolong minim yang hanya mencapai Rp12 miliar per tahun, dengan penghasilan terbesar dari pungutan retribusi tiket kapal mencapai Rp3juta. Untuk itu, diperlukan dukungan pemerintah pusat dan provinsi untuk mempromosikan dan menyebarluaskan informasi tentang Mentawai bagi investor. Sepertinya usaha Pemerintah Mentawai untuk mengajak investor menanamkan modalnya di daerah itu telah membuahkan hasil dengan didirikannya sejumlah resort serta "ground surfing" di sana. Ditambahkannya, selama ini Pemerintah Mentawai belum memungut sejumlah kutipan bagi peselancar yang berkunjung ke sana, karena memang belum ada fasilitas dan pelayanan yang disediakan. Namun, beberapa tahun ke depan, Pemerintah Mentawai akan mencoba membenahi sejumlah fasilitas guna meningkatkan arus wisatawan ke daerah itu. Empat resor Gubernur Sumbar, Gamawan Fauzi, ketika berada di Pulau Simakakang, Mentawai, telah meresmikan empat unit resort `milik` warga Italia dalam kunjungannya ke Mentawai pada acara Rakor Walikota/Bupati se-Sumbar. Empat resort tersebut yaitu Makaroni di Pulau Silabu, Kandui di Pulau Nyang Nyang, Saraina Koat Mentawai di Pulau Karang Majang, serta Alloyta di Pulau Simakakang, dan Surfing Ground di Katiet. Pembangunan resort tersebut dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan bagi sejumlah peselancar yang berkunjung ke sana. Resort tersebut dilengkapi dengan sejumlah fasilitas lain seperti penginapan, restoran, dan bar. Sejumlah penginapan dengan desain unik khas Mentawai pun dibangun di atas pasir putih yang membuat setiap orang yang berkunjung ke sana tidak akan pernah melupakan perjalanan yang menakjubkan itu, karena kenyamanan benar-benar menjadi prioritas bagi kunjungan wisatawan. Apalagi, warga Mentawai terkenal sangat ramah dan terbuka bagi para pendatang. (*)
Pewarta: Oleh Abna Hidayati
Copyright © ANTARA 2006