Jakarta (ANTARA) - Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Selatan melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mempelajari pesatnya ekonomi kreatif wisata di Cirebon pada 4-5 Agustus 2022.

Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Jakarta Selatan, Rus Suharto mengatakan, pihaknya memilih Cirebon sebagai destinasi wisata Pokdarwis lantaran beragamnya ekonomi kreatif di kota wilayah Jawa Barat tersebut.

“Destinasi pariwisata dikaitkan dengan ekonomi kreatif itu akan hidup. Seperti di Kampung Sabin Cirebon ini kan kreatif membuat kenyamanan pengunjung,” kata Rus Suharto di Jakarta, Minggu.

Menurut Rus, sarana pendukung penting dibuat kreatif untuk mengundang pengunjung di sebuah tempat wisata. "Jadi tidak sekedar menjual produk ataupun jasa melainkan juga harus dibuat kreatif," katanya.

Menurut dia, penting pula untuk mengganti tema di sebuah tempat wisata setiap dua tahun sekali agar wisatawan tidak mudah jenuh saat berkunjung.

Misalnya saja di kebun binatang yang memberikan acara atraksi bagi beberapa hewannya agar pengunjung bisa mendapat hiburan sekaligus pengetahuan.

Baca juga: DKI harap Kampung Kreatif Condet jadi solusi pemulihan ekonomi
Baca juga: Pemprov DKI fasilitasi pemasangan instalasi karya pelaku ekraf

Praktisi budaya Cirebon, Nana Mulyana menambahkan, ekonomi kreatif juga membutuhkan desain produk dan promosi yang menjual.

Nana menganggap desain ini perlu dilestarikan karena adanya kearifan lokal yang harus dijaga. Tentunya juga turut mengajak warga Cirebon sebagai perajin untuk bisa mendapat penghasilan tambahan.

Warga telah dibina menjadi perajin rotan yang bahannya berasal dari Kalimantan Selatan (Kalsel). "Kerajinan ini akan diekspor dan desainnya dibentuk sesuai dengan selera orang Eropa," kata dia.

Dengan demikian, Nana berharap DKI Jakarta bisa menangkap peluang tersebut dengan mengoptimalkan unsur budaya dan seni yang dimiliki. Misalnya ondel-ondel sebagai budaya Betawi.

“Ondel-ondel itu ekraf masuk ke sektor desain. Tidak semua orang bisa membuat ondel-ondel maka perlu dilestarikan,” tutur Nana.

Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022