Solo (ANTARA) - Pemerintah Indonesia menyelamatkan asa atlet disabilitas di Asia Tenggara karena menjadi tuan rumah pengganti ASEAN Para Games 2022 setelah Vietnam mengundurkan diri akibat pandemi COVID-19.
Filipina sudah terlebih dahulu membatalkan ajang olahraga atlet difabel pada 2020 karena merebaknya penularan COVID-19 di seluruh dunia.
Pandemi COVID-19 memang menjadi ancaman terberat untuk seluruh agenda tak terkecuali kompetisi olahraga yang melibatkan banyak orang.
Baca juga: 10 atlet para-renang dikarantina karena COVID-19
Namun, seiring pelonggaran Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) khususnya di Jawa-Bali, Indonesia menjadi tuan rumah ajang olahraga atlet para ke-11 itu walau diwarnai dinamika penularan penyakit dari virus SARS CoV-2 tersebut.
Pengalaman selama dua tahun bergulat dengan pandemi COVID-19, vaksinasi hingga protokol kesehatan yang diperketat, menjadi modal bagi pemerintah melaksanakan kejuaraan difabel terbesar di Asia Tenggara itu di Solo, Karanganyar, Sukoharjo dan Semarang di Jawa Tengah.
Sistem bubble
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 telah menerbitkan protokol kesehatan pada Juli 2022 untuk ASEAN Para Games di Solo.
Sama seperti prosedur COVID-19 pada umumnya, protokol kesehatan itu mengatur alur sebelum kedatangan, selama kompetisi hingga kepulangan para atlet dari Indonesia.
Pencegahan penularan COVID-19 dilakukan dengan tes, telusur dan isolasi.
Para atlet misalnya harus melakukan tes berbasis antigen 1x24 jam sebelum latihan atau pertandingan setiap harinya atau saat ada keluhan kesehatan dari atlet.
Ketua Indonesia ASEAN Para Games Organizing Comittee (INASPOC) Gibran Rakabuming Raka menjelaskan panitia menerapkan sistem bubble kepada seluruh kontingen mulai atlet, pelatih hingga ofisial dalam ASEAN Para Games.
Sistem bubble pernah diterapkan dalam ajang kejuaraan dunia balap motor, MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Maret, 2022.
Saat itu, Satgas Penanganan COVID-19 menerbitkan Surat Edaran Nomor 14 tahun 2022 terkait protokol kesehatan dengan sistem bubble.
Baca juga: 12 hari terpapar COVID-19 tak halangi Fauzi dari emas ASEAN Para Games
Dalam edaran itu disebutkan sistem bubble adalah sistem koridor perjalanan yang bertujuan untuk membagi orang-orang yang terlibat ke dalam kelompok bubble yang berbeda.
Caranya dengan memisahkan orang-orang berisiko terpapar COVID-19 baik dari riwayat kontak atau riwayat bepergian ke wilayah yang telah terjadi transmisi komunitas dengan masyarakat umum.
Selain itu, pembatasan interaksi juga dilakukan hanya kepada orang di dalam satu kelompok bubble yang sama dan penerapan prinsip karantina untuk meminimalkan risiko penyebaran COVID-19.
Dengan sistem bubble itu, para atlet dan ofisial yang baru tiba di Solo langsung dipisahkan berdasarkan cabang olahraga.
Tujuannya untuk membatasi interaksi atau kontak fisik antar-atlet para di cabang olahraga lain.
"Protokol kesehatan super ketat per hotel per cabang olahraga," kata Ketua INASPOC sekaligus Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di sela kesibukannya memantau pelaksanaan ASEAN Para Games di Solo.
Sistem bubble juga dilakukan untuk memudahkan koordinasi dan akomodasi termasuk transportasi atlet para selama berlangsungnya ajang dua tahunan itu.
Baca juga: Thailand konfirmasi tiga pebulu tangkis di APG 2022 terpapar COVID-19
Atlet para yang positif maka dikarantina di fasilitas terpusat atau fasilitas yang mendukung untuk menekan penularan lebih luas COVID-19 salah satunya di hotel.
Isolasi dan observasi dilakukan selama lima hari untuk gejala ringan atau tanpa gejala.
Sementara itu, total ada 19 hotel yang disiapkan untuk penginapan dan sekaligus tempat pertandingan, dengan 17 hotel di antaranya ada di Kota Solo dan dua hotel di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Hotel tersebut mengakomodasi kebutuhan atlet disabilitas di antaranya penyediaan fasilitas yang memudahkan akses bagi pengguna kursi roda.
Humas Hotel Solo Paragon Adi Surya Atmadja dan Humas Lorin Solo Hotel Dhani Wulandari menjelaskan hotelnya melakukan modifikasi beberapa kamar khususnya di ruang toilet yakni dengan melepas sementara pintu dan kaca pemisah.
Sedangkan perwakilan Swiss Bell-inn Sari Petojo Bakti Tri Utomo mengatakan pihaknya tidak melakukan modifikasi di dalam kamar karena pintu masuk toilet dapat digeser.
"Kami juga menyiapkan tiga kamar untuk isolasi," kata Humas Hotel Solo Paragon, Adi Surya Atmadja.
Baca juga: Inaspoc sebut ada 17 atlet APG terpapar COVID-19
Kontrol ketat
Sekretaris Jenderal INASPOC Rima Ferdianto mengungkapkan sistem bubble menjaring 24 atlet para yang terpapar COVID-19 yang sebagian besar dalam kondisi yang baik.
Bahkan, nilai "Cycle Value" (CT) sebagai salah satu ukuran kesembuhan, sejak awal juga tinggi sehingga isolasi rata-rata tak sampai lima hari.
Sedangkan jumlah atlet para yang berpartisipasi mencapai 1.248 atlet dan 534 ofisial, yang bertanding memperebutkan 453 medali.
Untuk menekan penularan, panitia penyelenggara ASEAN Para Games 2022 melarang atlet atau ofisial memesan atau membeli makanan dari luar hotel dan hanya makan makanan yang sudah disediakan oleh panitia.
Pemesanan atau pembelian makanan dari luar diperkirakan menjadi salah satu penyebab terjadinya penularan COVID-19.
"Kami minta (atlet dan ofisial) tidak order makanan dari luar," kata Chef de Mission Tim Indonesia di ASEAN Para Games 2022 Andi Suherman di sela mendampingi atlet para usai bertanding di Solo.
Khusus untuk atlet para Indonesia, pemerintah memberikan vitamin, dukungan dokter dan layanan psikolog serta fisioterapi untuk kebugaran atlet.
Sementara itu, atlet Indonesia menerapkan protokol kesehatan ketat baik sebelum maupun setelah bertanding.
Adanya sistem bubble juga setidaknya memberikan ketenangan bagi atlet para untuk fokus bertanding dan mempersembahkan meraih medali bagi Merah Putih.
"Karena sudah ada sistem bubble, kami juga dilarang berinteraksi dengan orang luar, membeli makanan di luar, kami merasa lebih aman dari COVID," kata Komang Suparta, atlet para basket kursi roda ditemui di Media Center ASEAN Para Games 2022.
Baca juga: Atlet APG yang terpapar COVID-19 tersisa empat orang
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022