Timika (ANTARA News) - Isu tentang akan adanya unjuk rasa menuntut penutupan PT Freeport oleh masyarakat di Kabupaten Mimika, Papua, Rabu, ternyata tidak terbukti dan situasi di daerah itu tetap tenang. Informasi yang dikumpulkan ANTARA News menyebutkan, seluruh aparat keamanan sebetulnya sudah mengantisipasi kemungkinan terjadinya aksi unjuk rasa besar-besaran beberapa hari sebelumnya. "Tapi ternyata sampai Rabu siang tidak ada apa-apa kok. Itu ternyata memang hanya isu," kata seorang anggota aparat keamanan di Kota Timika, Kabupaten Mimika. Beberapa waktu lalu, sejumlah massa sempat menggelar unjuk rasa dengan memblokir jalan menuju lokasi penambangan PT Freeport di check point I mil-28 Kota Timika selama beberapa hari. Bahkan sejumlah massa sempat merusak hotel Sheraton yang berada di dekat lokasi itu. Namun demikian sebagaimana diakui Bupati Mimika, Klemen Tinal, pemblokiran itu tidak sampai mengganggu aktivitas masyarakat lain maupun PT Freeport. "Paling hanya pasokan avtur saja yang terganggu ke bandara sehingga banyak pesawat yang mau masuk ke Timika terpaksa transit dulu di Biak untuk mengisi BBM. Itu saja," katanya. Beberapa waktu lalu bupati juga mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mendengar mengenai adanya isu unjuk rasa itu. Namun demikian ia mengemukakan bahwa pemerintah sudah mengantisipasi masalah itu dan sampai saat ini situasi di kabupaten itu termasuk di sekitar jalan masuk lokasi Freeport aman. Ia tidak banyak berkomentar mengenai keinginan sebagian masyarakat agar menghentikan operasi Freeport. Ia hanya bercerita tentang tuntutan masyarakat penambang tradisional di bekas atau limbah Freeport. "Tuntutan masyarakat penambang itu sebagian besar sudah kami penuhi, termasuk oleh Freeport sendiri. Tuntutan itu antara lain agar tidak ada lagi Satgas keamanan yang dari luar melainkan dari satuan yang ada di Timika ini. Kemudian putera daerah harus diperhatikan di Freeport, itu sudah dijawab oleh Freeport sendiri dan lainnya," ujarnya. Ia mengemukakan, saat ini jumlah penambang emas di limbah Freeport itu sekitar 1.000 orang, namun umumnya mereka bukan penduduk asli Timika, melainkan pendatang dari kabupaten Puncak jaya, Wamena, Paniai dan Yahokimo.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006