“Ada kurang lebih 85 jenis burung paruh bengkok dan semua jenis sudah dilindungi. Informasi biologi tentang burung ini pun sangat minim. Untuk mengetahui pakannya kita perlu penelitian,” kata penanggung jawab kerja sama sekaligus Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN Siti Nuramaliati Prijono dalam keterangan yang diakses ANTARA di laman resmi BRIN di Jakarta, Jumat.
Pengembangbiakan burung paruh bengkok dilakukan dengan tujuan meningkatkan populasi burung tersebut dan melakukan konservasi sehingga diharapkan ke depannya masyarakat tidak mengambil dari alam, tetapi bisa dari hasil penangkaran burung itu.
Siti mengatakan burung paruh bengkok merupakan burung liar sehingga masih agak sulit untuk bisa beradaptasi di penangkaran. Untuk ke depannya, perlu mengumpulkan informasi biologi dari burung paruh bengkok yang ada di Indonesia.
“Indonesia merupakan pusat keragaman burung paruh bengkok. Mudah-mudahan makin banyak peneliti di Indonesia yang melakukan penelitian burung paruh bengkok,” tuturnya.
Baca juga: BRIN: Bangun kesiapsiagaan antisipasi cacar monyet di Indonesia
Ada tiga kelompok burung paruh bengkok, yaitu pemakan biji, pemakan buah dan pemakan nektar. Burung paruh bengkok pemakan biji lebih mampu bertahan hidup dibandingkan pemakan nektar.
Dalam upaya meningkatkan populasi burung paruh bengkok, periset BRIN memilih jenis yang pemakan nektar, karena tantangan untuk hidup di kandang jauh lebih tinggi dan pakan yang lebih sulit.
Melalui kegiatan penelitian, periset BRIN telah menemukan formula makanan agar burung paruh bengkok bisa bertahan hidup dan berkembang biak di penangkaran.
"Di awal penelitian memang ada burung yang mati, namun sekarang kami sudah menemukan formula makanan agar mereka bisa bertahan hidup dan berkembang biak. Perilaku di kandang harus selalu diamati agar mereka bisa bertahan hidup,” ujarnya.
Baca juga: BRIN percepat komersialisasi hasil riset dan inovasi
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022