PBB (ANTARA) - Korea Utara sudah melakukan persiapan uji coba nuklir selama enam bulan pertama tahun ini, menurut kutipan dari laporan rahasia PBB, Kamis.
Menurut kutipan yang dilihat oleh Reuters itu, persiapan di situs pengujian nuklir Punggye-ri membuka jalan bagi Korut untuk kembali melakukan uji coba pengembangan senjata nuklir.
Laporan tersebut disusun oleh tim independen pengawasan sanksi bagi Korut yang dijatuhkan Dewan Keamanan PBB (DK PBB).
"DPRK terus mengembangkan kemampuannya memproduksi bahan fisil di situs Yongbyon," tulis para pengawas, merujuk nama resmi negara itu, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Yongbyon merupakan fasilitas nuklir utama Korut, yang mengoperasikan reaktor nuklir pertama di negara terisolasi itu.
Misi PBB Korut di New York belum mengomentari laporan PBB tersebut.
Amerika Serikat telah lama memperingatkan bahwa Korut siap melakukan uji coba nuklir ketujuh dan mengatakan akan mendorong lagi penguatan sanksi PBB terhadap Pyongyang jika uji coba tersebut dilakukan.
Para pengawas PBB juga mengatakan sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa Pyongyang patut disalahkan atas pencurian aset kripto senilai ratusan juta dolar AS lewat aksi peretasan.
Mereka sebelumnya menuding Korut melakukan serangan siber untuk mendanai program nuklir dan rudal mereka.
"Aktivitas siber lainnya berfokus pada pencurian informasi dan cara yang lebih tradisional untuk memperoleh informasi dan materi berharga agar program terlarang DPRK, termasuk WMD (senjata pemusnah massal), terus berlanjut," kata para pengawas.
Korut selama bertahun-tahun telah dilarang melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik oleh DK PBB.
DK PBB telah memperkuat sanksi terhadap Pyongyang dengan berusaha menutup pendanaan bagi program-program tersebut.
"DPRK membuat persiapan di situs uji coba nuklir mereka, meski mereka tidak melakukan uji coba perangkat nuklir. Pada paruh pertama 2022, negara itu melanjutkan percepatan (yang dimulai pada September 2021) program rudal mereka," kata para pengawas.
Para pengawas PBB mengatakan Korut meluncurkan 31 rudal yang menggabungkan teknologi balistik dan teknologi pemandu.
Dari semua peluncuran itu, enam di antaranya menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) dan dua peluncuran lainnya secara eksplisit digambarkan sebagai uji coba senjata balistik.
Korut terus mengimpor minyak dan ekspor batu bara secara ilegal, serta menghindari sanksi, kata para pengawas.
Perundingan internasional, untuk meyakinkan Korut agar menghentikan program nuklir dan rudal balistik mereka, sebagian besar terhenti sejak 2019.
Dalam beberapa tahun terakhir, China dan Rusia telah mendorong pelonggaran sanksi terhadap Korut atas alasan kemanusiaan, dengan maksud agar Pyongyang bisa diyakinkan untuk kembali berunding.
Para pengawas PBB juga melaporkan bahwa meski sulit untuk menilai secara akurat, "ada sedikit keraguan bahwa sanksi PBB secara tidak sengaja telah memengaruhi situasi kemanusiaan" di Korut.
Baca juga: Korut sebut tak akan pernah biarkan AS kritik program nuklirnya
Baca juga: Presiden Korsel : Korut siap uji coba nuklir setiap saat
Baca juga: Lawan ancaman Korut, Korsel tingkatkan kapasitas pertahanan
Penerjemah: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022