Solusi untuk mengembalikan kemampuan dengan cepat salah satu atlet senior Indonesia itu dengan melakukan kerokan dan itu dilakukan malam menjelang laga terakhir di kejuaraan dua tahunan khusus disabilitas di Solo itu.
"Ini emas dari 'the power of kerokan'," kata Setiyo Budi Hartono dengan tersenyum.
Demam sendiri terjadi, lanjut Setiyo, karena harus menjalani nomor lompat jangkit terlebih dahulu. Meski meraih emas memang membutuhkan tenaga yang luar biasa dan memang rentan terhadap cedera.
"Biasanya itu lompat jauh dulu baru lompat jangkit, kalau di sini di balik. Ini sangat berpengaruh dengan persiapan," katanya menambahkan.
Baca juga: Para-atletik telah sumbang 30 emas untuk Kontingen Indonesia
Saat menjalani kejuaraan nomor kedua di APG 2022 Solo ini, Setiyo Budi Hartono memang berusaha sebaik mungkin. Dukungan dari murid-murid sekolah di tribun menjadi semangat tersendiri sehingga tetap bersemangat menjalani kejuaraan.
Memang secara catatan lompat belum bisa mempertajam rekornya sendiri meski sukses merebut emas. Catatan lompatan yang dicatatkan adalah 6,6 meter.
"Rekor Para Games ku 6,85 meter dan untuk best lompatan 7,10 meter di Asian Games 2018 lalu," kata Setiyo sambil menunjukkan kerokan yang ada di punggungnya.
Meski dalam kondisi kurang prima, Setiyo Budi Hartono telah membuktikan jika apa yang dilakukan adalah bentuk profesionalisme seorang atlet yang apapun kondisinya tetap berusaha memberikan yang terbaik terutama untuk negara.
"Jika tidak jadi tuan rumah, saya sudah pensiun. Ini sebuah panggilan dan ternyata saya masih bisa meski berat," katanya.
Selama memperkuat kontingen Indonesia di ASEAN Para Games, Setiyo Budi Hartono sudah mengumpulkan 14 medali emas dan emas yang paling banyak didapat saat turun di ASEAN Para Games 2015 dengan meraih empat emas.
Baca juga: Cedera hamstring kambuh tak halangi Sapto Yogo rebut emas ketiga APG
Baca juga: Maria Goreti bersinar di lintasan atletik Stadion Manahan
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2022