Jakarta (ANTARA) - Hanya berbeda 21 atlet dari Thailand yang lama mendominasi ASEAN Para Games, Indonesia sudah terlalu jauh untuk disalip oleh Negeri Gajah Putih itu yang hampir selalu menjadi kampiun dalam kontes olah raga difabel se-Asia Tenggara itu.
Dalam ASEAN Para Games 2022 di Solo ini Indonesia menurunkan 324 atlet, sedangkan Thailand mengutus 303 atlet.
Sampai Kamis malam lalu, Indonesia sudah mengoleksi 252 medali yang 111 di antaranya medali emas, sedangkan Thailand mendapatkan 57 medali emas untuk total 174 keping medali yang mereka kumpulkan. Selisih yang sudah terlalu jauh.
Indonesia di ambang menjuarai lagi ASEAN Para Games edisi kesebelas ini setelah di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2017, juga menjadi juara umum.
Edisi kesepuluh yang seharusnya digelar pada 2020 di Filipina, batal diadakan karena pandemi COVID-19.
Ini ketiga kalinya Indonesia menjadi juara umum setelah untuk pertama kalinya menembus dominasi Thailand pada 2014 di Naypyidaw, Myanmar.
Dalam sepuluh kali perhelatan yang pertama kali digelar di Kuala lumpur pada 2001 itu Thailand hampir selalu menjadi juara umum. Namun dominasi itu pupus dalam delapan tahun terakhir.
Tidak saja itu dominasi Thailand yang runtuh, apa yang sedang terjadi di Solo melukiskan juga efisiensi olah raga prestasi Indonesia. Sejauh ini tingkat efektivitas atlet Indonesia dalam meraih medali mencapai 78 persen, sedangkan Thailand 57 persen.
Itu menunjukkan atlet-atlet difabel Indonesia telah membuktikan diri mampu mengemban amanah negara dengan efektif dengan mencetak prestasi di level puncak.
Ini bekal bagus kala mereka berkompetisi lagi dalam event-event internasional berikutnya.
Baca juga: Klasemen sementara ASEAN Para Games 2022: Indonesia lampaui target
Gambaran menarik lainnya di balik statistik ini menyiratkan bahwa adanya kepercayaan, perlakuan dan keberpihakan negara terhadap penyandang disabilitas.
Bukan saja dengan memberikan kesempatan seluas mungkin kepada penyandang disabilitas dalam mendapatkan arena, namun juga memastikan mereka bisa mencetak prestasi setinggi mungkin dengan memfasilitasi mereka seluas yang Indonesia bisa.
Dari perspektif kawasan sendiri, jika dibandingkan dengan enam edisi pertama ASEAN Para Games, negara-negara Asia Tenggara memberikan perhatian besar kepada penyandang disabilitas.
Paling tidak ini dilihat dari indikator semakin banyaknya atlet para yang mereka kirimkan ke ajang ini dalam delapan tahun terakhir.
Setelah hanya mengikutkan antara 600 sampai 1.000 atlet dalam enam edisi pertama itu, untuk pertama kalinya di Myanmar pada 2014 jumlah atlet para yang mengikuti ASEAN Para Games di atas 1.000 orang, tepatnya 1.482 atlet. Jumlah sebesar ini sampai kini belum terpecahkan.
Di Solo tahun ini, atlet para yang mengikuti ASEAN Para Games berjumlah 1.283 atlet. Lebih sedikit memang, tetapi alasannya bisa dipahami.
Pertama, karena masih dalam suasana pandemi di mana Indonesia saja mempraktikkan pembatasan jumlah penonton yang bisa menyaksikan kompetisi ini.
Kedua, Indonesia dan Solo hanya memiliki waktu yang singkat dalam mempersiapkan diri menjadi tuan rumah karena semestinya yang menjadi tuan rumah edisi 2022 adalah Vietnam sebagaimana SEA Games 2021 yang juga diadakan di negara itu.
Maka, jumlah peserta sebanyak itu tetap lumayan besar jika melihat situasi-situasi yang hampir membuat Asia Tenggara membatalkan kembali ASEAN Para Games untuk kedua kalinya setelah Filipina melakukannya pada 2020 karena COVID-19.
Karena kita setara
Dengan ngotot tetap menggelar perhelatan ini membuktikan semua elemen di Indonesia menginginkan kondisi, situasi dan pengalaman yang sama harus pula dialami oleh penyandang disabilitas. Jika SEA Games 2021 boleh digelar, mengapa ASEAN Para Games tidak?
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali bahkan menyebut ASEAN Para Games 2022 Solo adalah bentuk perhatian pemerintahan Presiden Joko Widodo kepada atlet disabilitas.
"Karena negara-negara lain tidak bersedia menyelenggarakan, maka atas arahan Bapak Presiden Joko Widodo, kita mengajukan diri menjadi tuan rumah," kata Zainudin beberapa waktu lalu.
Jokowi meminta Indonesia mengajukan diri menjadi tuan rumah ASEAN Para Games adalah demi membuka lagi kesempatan yang sama kepada atlet difabel untuk berkompetisi setelah lama tak memiliki arena unjuk kebolehan akibat pandemi COVID-19.
"Pak Presiden Joko Widodo memberi arahan kepada saya untuk memberi mereka arena untuk bertanding," kata Zainudin, lagi.
Sang menteri juga mengaku menggerakkan semua potensi nasional dalam waktu yang amat singkat.
Potensi nasional itu meliputi kementerian-kementerian, Pemerintah Daerah Jawa Tengah, Pemerintah Kota Solo, dan semua pemangku kepentingan lainnya.
Baca juga: Menpora: ASEAN Para Games bukti Indonesia peduli atlet difabel
Dari sana terlihat Indonesia proaktif menggerakkan semua elemen, bukan saja ini menyangkut gengsi dan pertaruhan nasional, namun juga karena Indonesia memiliki komitmen besar mengajak penyandang disabilitas melangkah bersama dan maju bersama meraih prestasi.
Sikap proaktif Indonesia ini sampai menjadi referensi penting bagi negara-negara Asia Tenggara lain dalam melakukan hal serupa, termasuk dalam bagaimana Indonesia memperlakukan atlet-atlet para.
Mengutip Ketua Hubungan Luar Negeri Komite Nasional Paralimpik (NPC) Indonesia Sukanti Rahardjo Bintoro sampai menyatakan Indonesia diacungi jempol karena menjadi perintis dalam mengupayakan persamaan hak untuk atlet difabel dan nondifabel.
Teladan Indonesia ini menjadi acuan bagi negara-negara itu dalam melobi pemerintah mereka agar memupus kesenjangan antara atlet difabel dan nondifabel yang sudah pasti merupakan salah satu upaya menuju kesetaraan.
Dalam pemahaman yang lebih luas, sikap pemerintah Indonesia ini adalah representasi dan cermin sikap masyarakat Indonesia yang dari waktu ke waktu aktif menciptakan lingkungan sosial yang memberi kesempatan kepada siapa pun untuk membuat bangga masyarakat dan bangsanya.
Keberhasilan Indonesia menjadi yang terbaik di panggung Asia Tenggara dalam dua tahun terakhir adalah berkat kesungguhan, dedikasi, dan profesionalisme atlet-atlet para kita.
Tetapi pikiran terbuka masyarakat dan pemerintah Indonesia dalam memajukan penyandang disabilitas adalah juga faktor yang membuat kaum difabel kita mendapatkan tempat yang lapang dan lega untuk mengekspresikan diri.
Oleh karena itu, keberhasilan menjadi juara umum ASEAN Para Games 2022 adalah juga petunjuk mengenai betapa Indonesia akan selalu berusaha keras menggandeng penyandang disabilitas untuk berjalan bersama mencapai puncak apa pun yang bisa didaki demi persatuan dan keadilan sosial, dan karena kita setara.
Baca juga: Menpora sebut APG bentuk perhatian Presiden pada atlet disabilitas
Baca juga: Menteri BUMN sebut APG 2022 buktikan Indonesia apresiasi kemanusiaan
Copyright © ANTARA 2022