Maria sudah tak terkejar setelah melahap setengah jarak lomba dan finis dengan mencatatkan waktu 1 menit 2,77 detik. Atlet Thailand Techinee yang meraih posisi kedua, kalah 1,750 detik dari Maria. Sementara atlet Indonesia lainnya, Nina Gusmita, meraih medali perunggu dengan catatan waktu 1 menit 6 detik.
Tiga pesaing lain yakni Hyatfa Chuiaui dan Atitaya Chookerd dari Thailand, serta Prudencia Panaligan (Filipina), berturut-turut tercecer di urutan paling belakang.
Bagi Maria, dua emas dan satu perak ini menjadi persembahan terakhirnya bagi Indonesia di ajang ASEAN Para Games 2022 Solo. Ia berharap medali yang disumbangkannya turut mengantarkan Indonesia sebagai juara umum ajang olahraga multicabang tersebut.
"Ini terakhir makanya saya teriak-teriak 'Indonesia, Indonesia'. Ini Penghabisan," ujarnya sambil mengelap keringat yang belum kering.
Target Paralimpiade
Mencatatkan debut manisnya di ajang ASEAN Para Games 2022, Maria tentu tak ingin berpuas diri. Masih banyak capaian yang harus ia gapai. Salah satu impian terakhirnya sebagai atlet yakni bisa merasakan atmosfer berlaga di pentas Paralimpiade Paris 2024.
Dua emas dan satu perak ini menjadi modal berharga bagi Maria untuk bisa mengepakkan sayapnya lebih tinggi lagi kendati usianya sudah tak lagi muda. Pada ASEAN Para Games 2022, ia sudah menginjak usia 34 tahun.
"Targetnya pasti saya ingin lolos ke Parimpiade tapi selangkah demi selangkah. Mulai dari Asia dulu baru kedepannya semoga bisa ke Paralimpiade," ujar dia menambahkan.
Jalan menuju itu semua memanglah tidak mudah, tapi dengan tekad dan latihan, Maria yakin mimpi sesulit apapun bisa dia raih. Sama seperti halnya saat menyumbangkan dua emas dan satu perak di ASEAN Para Games 2022.
Perhelatan ini adalah bukti dari mimpinya yang bisa berprestasi kendati di tengah keterbatasan. Ia sebelumnya tak menyangka bisa ikut terlibat dalam ajang akbar khusus difabel Asia Tenggara. Jika ia menyerah saat itu, ketika harus kehilangan kaki serta buah hati, barangkali saat ini dia hanya akan menghabiskan waktu di rumah saja.
Maria juga ingin agar prestasi yang torehkannya dapat menginspirasi anak-anak difabel lain. Dihantam badai duka bertubi-tubi, tak membuat hidup menjadi tak berarti. Justru sebagai penggerak bahwa mimpi apapun dapat diraih.
Baca juga: Semangat kolektivitas dan inklusivitas dalam ASEAN Para Games 2022
Baca juga: Menpora: ASEAN Para Games bukti Indonesia peduli atlet difabel
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022