Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan pengembangan teknologi pertanian diperlukan untuk mengatasi permasalahan gagal panen komoditas bahan pangan pokok yang disebabkan oleh anomali cuaca.
"Mau tidak mau ada perubahan teknologi yang harus diusulkan, katakanlah green house atau tempat produksi hortikultura dengan teknologi tinggi, yang bisa mengatur suhu dan sebagainya," ujar Tauhid dalam webinar bertajuk Mengelola Inflasi dan Mengantisipasi Stagnasi Ekonomi oleh Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) secara daring di Jakarta, Kamis.
Dengan pengembangan teknologi pertanian, Tauhid meyakini produksi bahan pangan pokok akan menjadi stabil sehingga sisi suplai terjaga yang akan berdampak pada ketersediaan komoditas itu di pasaran.
Baca juga: Indef: Singkong dan sagu belum mudah jadi alternatif gandum
Tauhid melanjutkan, selama ini terbatasnya ketersediaan berbagai bahan pangan pokok di pasaran dengan dibarengi permintaan yang terus tinggi telah menyebabkan komoditas ini menjadi penyumbang terbesar inflasi.
"Belum banyak terobosan dari kementerian terkait mengatasi produksi yang rentan terhadap perubahan cuaca atau iklim yang sulit diprediksi, padahal terjadi setiap tahun" ujar Tauhid.
Menurut dia, apabila permasalahan suplai karena anomali cuaca ini tidak segera diselesaikan, maka komoditas ini akan terus menjadi penyebab tertinggi inflasi dari komponen harga bergejolak.
"Inflasi harga bergejolak tidak akan bisa diatasi dalam jangka pendek karena masalahnya adalah iklim," ujar Tauhid.
Ia pun meminta adanya kewaspadaan atas curah hujan yang tetap tinggi di seluruh Indonesia hingga akhir tahun, bersamaan dengan suhu rata-rata bulanan yang juga meningkat.
Kondisi anomali cuaca ini, selain membuat petani gagal panen, berpotensi menyebabkan nelayan tidak dapat mencari ikan di laut sehingga beberapa produk ikan segar akan mengalami kelangkaan.
Baca juga: Indef: Sediakan pendidikan dan lapangan kerja bagi warga lokal IKN
"Hujan masih terjadi, yang seharusnya semester dua ini mulai kering," ujar Tauhid.
Selain pengembangan teknologi pertanian, untuk menjaga stabilitas ketersediaan bahan pangan pokok, Tauhid mengatakan bisa dilakukan juga dengan diversifikasi pangan yakni menggunakan bahan makanan yang bervariasi, seperti penggunaan cabai bubuk dan bawang bubuk.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan komoditas cabai merah, cabai rawit dan bawang merah menjadi pemicu tertinggi inflasi Juli 2022 yang mencapai 0,64 persen secara month to month (mtm) karena faktor cuaca yang menyebabkan gagal panen di beberapa sentra produksi hortikultura.
Baca juga: Indef sebut BI perlu naikkan suku bunga untuk antisipasi inflasi
Baca juga: Indef proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 5,5 persen
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022