Mereka harus merogoh isi saku celana sendiri untuk bisa berpartisipasi membantu kelancaran perhelatan ini
Pilot
Cerita yang nyaris serupa disampaikan Fhaiz Alifa (24). Ia adalah relawan asal Jakarta yang terbang langsung dari ibukota bersama enam orang temannya. Bagi Fhaiz dan enam temannya itu, terjun sebagai relawan bukanlah kali pertama. Sebelumnya, ia juga merupakan relawan pada ajang Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
Asian Games 2018 itu menjadi awal mula perkenalan Fhaiz sebagai relawan. Di ajang itu pula ia mengenal teman-teman seperjuangan lainnya yang kemudian turut mengantarkan mereka berangkat bersama menuju ASEAN Para Games 2022.
Ia bercerita tak ada ongkos bensin maupun penginapan yang disediakan oleh pihak panitia. Mereka harus merogoh isi saku celana sendiri untuk bisa berpartisipasi membantu kelancaran perhelatan ini. Namun, kondisi itu telah dimaklumi Fhaiz dan kawan-kawan sebelum keberangkatan.
Menariknya, Fhaiz bukanlah relawan yang berasal dari mahasiswa maupun pelajar pada umumnya. Ia adalah seorang pilot non-komersil yang biasa menerbangkan pesawat jenis Cessna. Sebelum pandemi, ia rutin membantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mencari titik kebakaran hutan.
Setelah pemetaan titik api, ia kemudian melaporkan kepada pihak yang bersangkutan untuk dilakukan tindakan pemadaman.
"Aku biasa terbang mencari spot fire di Sumatra,. Nih lisensinya," kata dia sembari memperlihatkan lisensi terbang.
Namun saat pandemi COVID-19, hampir semua industri penerbangan lesu, termasuk perusahaan tempat ia bekerja. Fhaiz kemudian ditarik oleh BNPB untuk membantu di Satuan Tugas Penanganan COVID-19 bidang sosialisasi Prokes. Meski menjadi anggota Satgas COVID-19, ia tetap memiliki waktu untuk ikut di bidang kerelawanan.
Begitu pula dengan Hanny Aurelya (23), perempuan yang baru lulus dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Ia adalah rekan Fhaiz yang juga berasal dari Jakarta. Ia berangkat bersama-sama sejak 28 Juli 2022.
Hanny ditunjuk untuk memantau dan melaporkan hasil pertandingan para angkat berat. Berlatarbelakang sebagai perawat, terkadang dia juga turut memberikan bantuan medis pertama bagi atlet maupun ofisial yang tengah membutuhkan pertolongan.
Bagi Hanny, bertugas sebagai relawan ASEAN Para Games memberikan kesan tersendiri. Ia lebih menyadari bahwa penyandang difabel bukanlah seseorang yang memiliki kekurangan. Justru dalam benaknya, penyandang difabel adalah mereka yang memiliki kelebihan ketimbang masyarakat pada umumnya, yang dibuktikan dalam perhelatan olahraga multicabang ini.
"Para penyandang disabilitas tetap harus diperjuangkan keadilannya, kita harus memperlakukan setara. Ke depannya, Indonesia harus bisa menyelenggarakan acara ramah disabilitas lainnya," ujar Hanny saat ditemui disela-sela aktivitas kerelawanannya.
Baca juga: Penyelenggara ASEAN Para Games 2022 buka pendaftaran sukarelawan
Selanjutnya: Menjadi relawan untuk memperluas relasi
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2022